SUKU MANDAR DAN MAKASSAR || Cabang Pesisir dari Leluhur Da’a


Setelah komunitas ToAla mulai menyebar dan bercabang, terbentuklah kelompok Da’a, komunitas transisi yang hidup antara gunung dan laut, antara lembah dan pesisir. Mereka bukan petani murni seperti ToRaya (Toraja), dan bukan pelaut penuh seperti Bugis, tapi sangat adaptif dan cair secara sosial.

Dari rahim budaya Da’a inilah lahir dua cabang besar yang kelak menghuni pesisir barat dan selatan Sulawesi: Mandar dan Makassar.

🌴 1️⃣ Mandar: Anak Laut dari Pesisir Barat

Suku Mandar berkembang di wilayah pesisir barat Sulawesi, terutama di kawasan yang kini dikenal sebagai Polewali Mandar, Majene, dan Mamuju. Mereka lahir dari Da’a yang mulai menetap di pesisir dan memanfaatkan laut sebagai sumber kehidupan utama.

Ciri khas masyarakat Mandar:

- Pelaut dan nelayan ulung, tapi juga ahli pertanian sawah dan kebun di daratan.
- Memiliki sistem budaya yang lentur, tanpa sistem kasta seketat Toraja atau struktur kerajaan serigid Bugis.
- Budaya “Sayyang Pattudu’” (kuda menari) dan “Passandeq” (tradisi pelayaran) menjadi ikon budaya laut Mandar.

📜 Secara historis, Mandar terdiri dari 18 kerajaan kecil yang bersatu dalam satu federasi longgar dikenal dengan sebutan Pitu Ba’bana Binanga (7 kerajaan pesisir) dan Pitu Ulunna Salu (7 kerajaan pegunungan), ditambah 4 wilayah penyangga.

Ini menunjukkan bahwa masyarakat Mandar menjaga keseimbangan antara gunung dan laut, warisan khas dari komunitas Da’a.

⚓ 2️⃣ Makassar: Sang Strategis dari Selatan

Berbeda dengan Mandar yang menyatu dengan laut dan lembah, kelompok Makassar berkembang lebih jauh ke selatan di lembah subur, muara sungai, dan pelabuhan alami yang kini menjadi kota Makassar.

Ciri khas masyarakat Makassar:

- Berani dan strategis, membangun kerajaan besar seperti Gowa dan Tallo.
- Menjadi pusat perdagangan rempah, pelayaran, dan diplomasi di era pra-kolonial.
- Memiliki budaya hierarkis, dengan sistem bangsawan (karaeng) dan adat siri’ pacce yang kuat, mirip (dan sering tumpang tindih) dengan Bugis. Dua suku ini sering cekcok karena perkara identitas.

Makassar memang sangat dekat dengan Bugis dalam banyak hal bahkan seringkali bercampur tapi akar mereka tetap bisa dilacak ke cabang Da’a yang beradaptasi lebih cepat terhadap arus luar (India, Arab, Eropa) yang datang lewat laut.

Makassar bukan hanya pelaut, mereka adalah arsitek kota-kota pesisir, pelindung pelabuhan, dan pelaku politik cerdas yang memainkan peran besar di pentas sejarah Nusantara abad ke-16 dan 17.

🔄 Da’a: Sumber Cair yang Menciptakan Dua Karakter Pesisir

Mandar: lembut, tangguh, berakar di tanah dan laut.

Makassar: kuat, berstruktur, dan terbuka pada dunia luar.

Dua etnis ini mewarisi semangat Da’a, yakni mobilitas, keberanian, dan kemampuan bertahan dalam perubahan. Mereka bukan komunitas yang membangun piramida, tapi mereka membangun jaringan pelabuhan, jalur dagang, dan budaya maritim yang bertahan hingga kini.

Komentar