ARY IFTIKHAR SHIHAB || Jadilah Perekat dan Pemantik Pemajuan Kebudayaan


Sebuah Pelontar dari Muhammad Munir.

KAMIS, 26 September 2024 kemarin, sebuah peristiwa sejarah tercipta yang ikut mengguratkan takdir seorang Ary Iftikhar Shihab, atau yang akrab disapa dengan Koje. Ia menjadi salah satu diantara 45 Anggota DPRD Sulbar yang dilantik di Aula Gedung Baru DPRD Sulbar untuk periode 2024-2029. Koje menjadi salah satu yang tersorot tulisan ini karena perjalanannya menuju parlemen Sulbar juga menantang. Jika bukan karena nawaitu untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, tentu namanya hanya akan tertulis ditumpukan arsip surat suara Pemilu 2019.

Detak detik waktu berderai rupanya mengukuhkan niat yang kuat itu hingga salah satu pin emas DPRD Sulbar itu tersematkan. Maka jadilah sosok muda pemilik pam Shihab dibelakang namanya ini sebagai wakil rakyat yang dirintisnya sejak 2019 lalu, dan terpilih pada Pemilu 2024 melalui partai Nasdem Dapil Sulbar II (Polman 1). PAM Shibab mungkin tak terlalu familiar di Mandar, tapi Koje lahir dari pertalian marga Al-Attas yang tak lain adalah pam yang cukup disegani dan berjasa besar di Mandar.

Koje lahir dari rahim seorang mulia Syarifah Aisah Mengga dari pernikahannya dengan Prof. Dr. KH. Umar Shihab. Aisah Mengga adalah putri S. Mengga yang tak lain adalah saudara kandung dari Mayjen TNI (Purn) Salim S. Mengga dan Ir. H. Aladin S. Mengga. Sementara Prof. KH. Umar Shihab yang pernah menjabat Ketua MUI Pusat dan Ketua MDI Sulsel ini adalah saudara kandung dari Prof. Dr. AGH. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A., mantan Menteri Agama RI dan Prof. Dr. H. Alwi Abdurrahman Shihab yang juga tercatat pernah menjadi Menko Kesra dan Menteri Luar Negeri Indonesia. Dari rumpun ini tercatat juga sosok Najwa Shihab, putri Quraish Shihab yang jika ditautkan nashabnya adalah sepupu satu kali dari Ary Iftikhar Shihab.

Baik Al-Attas maupun As-Shibab, keduanya memiliki nashab dan sanad keilmuan yang cukup dekat dengan Mandar. Sebagaimana Al-Attas, Marga "Shihab" juga memiliki akar dari dunia Arab, khususnya dari Hadramaut, Yaman. Banyak orang dari Hadramaut, yang dikenal sebagai Hadhrami, melakukan migrasi besar-besaran ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sejak abad ke-18 dan 19. Migrasi ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi, politik, dan perubahan iklim. Mereka berasimilasi dengan masyarakat setempat dan sering kali menikahi penduduk lokal, sehingga menghasilkan komunitas Hadhrami-Indonesia yang cukup besar.

Marga Shihab termasuk dalam kelompok kaum Sayyid, yaitu mereka yang dipercaya sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad melalui cucunya, Hasan dan Husain. Karena status ini, keluarga Shihab sangat dihormati dalam masyarakat Islam sebagai pemimpin agama, ulama, atau intelektual. Nama "Shihab" dalam bahasa Arab berarti "meteor" atau "bintang yang menyala", yang secara simbolis sering dihubungkan dengan kemuliaan.

Beberapa anggota marga Shihab di Indonesia dikenal sebagai tokoh agama dan intelektual yang berpengaruh. Salah satu keluarga Shihab yang terkenal di Indonesia adalah keluarga dari Quraish Shihab, seorang cendekiawan Muslim, ulama, dan mantan Menteri Agama Indonesia. Keluarga ini dikenal dengan kontribusi mereka dalam bidang keilmuan Islam, pendidikan, dan politik.

Quraish Shihab dan keluarganya, seperti putrinya Najwa Shihab, juga telah memainkan peran penting dalam memperkenalkan diskursus modern tentang Islam dan sosial-politik di Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana marga Shihab tidak hanya aktif dalam dunia keagamaan, tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti media dan pendidikan.

Secara umum, komunitas Hadhrami di Indonesia, termasuk mereka yang bermarga Shihab, telah memberikan pengaruh besar dalam pembentukan Islam di Nusantara dan memainkan peran signifikan dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik di Indonesia sejak era kolonial hingga saat ini.

Keberadaan Ary Iftikhar sebagai salah satu Anggota DPRD Sulbar, memang cukup diharapkan menjadi pemantik lahir dan berkembangnya gerakan literasi yang tak hanya populer, tapi juga populis. Demikian juga keberadaan seorang Koje bisa menjadi perekat kebudayaan melalui proses pemajuan kebudayaan Mandar. Ini menjadi poin karena Koje memiliki sejumlah kelebihan dalam menautkan hubungan antar suku dan sub suku di wilayah Mandar. Ia adalah cucu dari Bapak Pembangunan HS. Mengga yang jika dirunut ke atas, maka Koje adalah cicit dari para penyebar dan penganjur Islam di Sulawesi Barat.
Intinya adalah semua anggota DPRD Sulbar diharapkan mampu berkonstribusi terhadap kepentingan rakyat, tidak lantas status wakil rakyat itu dijadikan ajang gagah-gagahan. Sebab puncak dari rasa syukur anggota DPRD bukan pada saat ia dilantik, melainkan pada 5 tahun kedepan.

Akhirnya saya ucapkan selamat  berdialektika di dunia parlemen. Dimamika perpolitikan di Sulbar membutuhkan peran kreatifmu sebagai wakil rakyat. Sehat dan Sukses selalu.





Komentar