IDEOLOGI DAENG PALULUNG

Catatan Darmansyah 
Sistim kepemimpinan yang ditarapkan Daeng Palulung di Sa’rawang yang pendahulunya absolut ke permusyawaratan (Pappuangang) adalah ideologi baru di zaman itu (terkhusus di Tanah Mandar – di luar Alu dan Taramanu) – sementara di sekelilingnya masih menerapkan kepemimpinan tunggal/ absolut yang diperangkan para Tomakakak. Runtuhnya Passokkorang, bukan hanya invasi militer dari PBB (minus Binuang) – tapi juga dari internal, kekuasaan yang absolut serta otoriter pembesar Passokkorang.

Permusyawaratan (Pappuangang) di Sa’rawang setelah Daeng Palulung mangkat, berlanjut kepada Puatta I Sa’rawang bersamanya saudaranya I Takdak – mengembangkan wilayah/ teritorial kekuasaan – sampai ke Lereng Buttu Suso (Puttakdak, Leppangan, dan Pundau/ bahasa lokal Tomarese=populasi manusia semakin bertambah). 

Pemerintahan selanjutnya, setelah Puatta I Sa’rawang justru ke Daeng Marituk, yang secara nazab tidak mengarah ke Daeng Palulung. Hal demikian membuktikan bahwa sistim kepemimpinan yang dianut tidak lagi absolut. (baca Lontarak Sekunder Pattappingang, 1984/1985, h. 372; juga dalam A. M. Mandra, “Kerajaan Sendana”, 2001, h. 131).

Dalam Lontar Sekunder Pattappingang menyebutkan, di era Daeng Marituk telah terbentuk Arajang Sendana. Namun dalam hipotesis kami, Kerajaan Sendana terbentuk di era Puatta I Podang. Siapa Puatta I Podang ?. Pada episode selanjutnya 
(Ideologi Daeng Palulung, hanyalah bahasa penulis)

Komentar