KERAJAAN SENDANA DALAM TEORI KENEGARAAN IBNU KHALDUN

Oleh: Drs. Darmansyah, M. Hum.

Agar dapat diterima secara akademik eksistensi kerajaan Sendana, maka proses penulisannya harus dirangkai dengan rakitan logika yang kokoh. Dalam masyarakat yang semakin cerdas dan kritis, penulisan sejarah (historiografi) tidak dapat diterima dan tidak bisa bertahan lama, bagaikan sarang burung yang rapuh dan pasti segera menghilang - bila penulisannya tidak ditopang oleh teori yang memadai.  Oleh karena itu, akan dikemukakan teori berdirinya kerajaan Sendana berdasarkan pemikiran tokoh filosofis politik Ibnu Khaldun. Apa dan siapa Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mempunyai nama lengkap Abdurrahman ibnu Khaldun al-Magribi al-Hadrami al-Maliki. Ia berkebangsaan Arab Hadramaut dilahirkan di Tunisia pada abad ke- 14 Masehi (732 Hijriyah atau 1332 Masehi) sezaman dengan tokoh legendaris Pongkapadang (1320 Masehi) atau generasi ke- 2 Pongkapadang (Topole di Makka 1345 Masehi).

Ibnu Khaldun memandang bahwa, masyarakat nomaden yang suka berpindah-pindah tidak mungkin dapat membangun kebudayaan dan peradaban. Kehadiran orang-orang Toraja di bawah kepemimpinan Pongkapadang di Tabulahan, sebagai awal kehidupan menetap – membangun kebudayaan dan peradaban di wilayah Mandar kala itu. Inilah perbedaan antara kehadiran Tomanurung di Gowa, Luwu, Bone yang mempersatukan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat menjadi sebuah bangsa yang lebih besar (kerajaan). Sementara kehadiran Tomanurung di Mandar, dianggap sebagai “PAMULATAU”, yaitu mengajak manusia untuk hidup sedenter, menetap menjadikan lingkungan geografis sebagai bagian darinya – itulah komunitas Masyarakat Hukum Adat.

Teori politik Ibnu Khaldun dalam bukunya “MUQADDIMAH”, dengan konsep ashabiyah, yaitu solidaritas kelompok, kesatuan komunitas-komunitas masyarakat, dan semangat kollektif yang menjadi dasar terbentuknya negara dan kekuasaan – sangat relevan lahirnya kerajaan Sendana. Ibnu Khaldun memandang bahwa negara dan peradaban mengalami siklus hidup serupa dengan organisme kehidupan; lahir merangkak - tumbuh remaja – dewasa (masa kejayaan), kemudian masa  tua (mengalami kemunduran dan berahir dengan kematian).

Kerajaan Sendana berasal-usul dari emrio masyarakat di bawah kepemimpinan Tomakakak Daeng Tumanang di Sakrawang dan oleh Tomakakak Andirinna di Tallambalao. Kemudian ia tumbuh remaja di bawah kepemimpinan Daeng Palulung dan berlanjut ke Puatta I Sakrawang. Di Tangan Puatta I Podanglah, Sendana mengalami kejayaan terutama pada bidang politik; Bila semula kepemimpinan hanya otoritas tunggal, kemudian permusyawaratan di antara unit-unit masyarakat – lalu berkembang menjadi sebuah Lembaga Majelis Permusyawaratan Adat - itulah Kerajaan Sendana.

Ibnu Khaldun dengan teorinya, menyebutkan bahwa sebuah negara, layaknya manusia mampu bertahan hanya 120 tahun dengan 4 fase kehidupan; (1) 30 tahun fase kelahiran, pertumbuhan, sampai remaja; (2) 30 tahun fase remaja sampai dewasa; (3) 30 tahun fase dewasa atau kejayaan, dan (4) 30 tahun masa tua, runtuh, dan pada akhirnya berahir dengan kematian. Berahirnya kerajaan Sendana dan semua kerajaan-kerajaan di Mandar di tangan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda (Afdeling Mandar).   

SEMOGA BUKAN HANYA ARTEFAKNYA YANG DITEMUKAN HARI INI

Komentar