PERIODE TOMANURUNG
TOMANURUNG adalah sebuah konsep tentang manusia pertama yang
merupakan sosok dalam kehidupan masyarakat Mandar yang kerap dimitoskan. Namun
beberapa sejarawan Mandar menghadirkan sosok manusia pertama dengan mengikuti
logika manusia pertama di tanah Bugis yaitu Tomanurung. Tomanurung adalah
manusia yang dikonsepsikan sebagai manusia langit yang turun ke bumi melalui
cara yang unik dan ajaib.
Salah seorang Sejarawan Mandar, Abdul Muis Mandra dalam
bukunya, Assitalliang (2009) menerangkan bahwa manusia pertama yang berkembang
di Mandar adalah berasal dari hulu sungai Sa'dang yang muncul sesudah
terjadinya banjir besar. Cikal bakal nenek moyang orang mandar ini dikenal
keberadaannya dengan istilah ’Tau Pitu’ (Manusia Tujuh) karena terdiri dari 7
orang. Ada yang mengatakan bahwa tujuh orang ini bersaudara, namun ada juga yang
mengatakan tidak. Dan kenyataannya, sebagian besar sejarawan menegaskan bahwa
mereka ini memang tidak bersaudara bahkan tidak saling mengenal karena mereka
hanya merupakan korban banjir yang terseret
air sampai ke wilayah Mandar.
Ketujuh manusia itu adalah :
•
Talombeng Susu pergi dan menetap di
Luwu
•
Talando Beluhe pergi dan menetap di
Bone
•
Talambe' Kuntu' pergi dan menetap di
Lariang
•
Pongka Padang pergi dan menetap di
Tabulahan
•
Padorang pergi dan menetap di Belawa
•
Sawerigading pergi entah kemana
•
Tanriabeng pergi entah kemana
Konsepsi Manusia pertama ini juga oleh Abdul Muis Mandra
mencatat ada empat konsepsi tentang Tomanurung yang direkam dalam berbagai
Lontra' Mandar, yaitu :
•
Tokombong di bura (Orang yang datang
dari busa air)
•
Tobisse di tallang (Orang yang
datang dari belahan bambu)
•
Tonisesse' di Tingalor (Orang yang
keluar dari perut ikan Tingalor)
•
Tomonete di tarauwe (orang yang
datang meniti pelangi)
Sedangkan M.T. Azis Syah menerangkan
bahwa tradisi di Sulawesi mengenal banyak sekali Tomanurung yang sampai
terakhir dipercaya oleh rakyat sebagai orang turunan dari langit. Dan memang
sampai hari ini belum ada kesatuan konsep tentang Tomanurung ini, tapi yang
pasti Tomanurung itu diyakini dan disepakati berasal dari daerah lain yang
lebih maju kebudayaannya, mungkin pula karena kehebatan dan keberaniannya, atau
bisa jadi juga gelaran Tomanurung itu dipakai dengan tujuan-tujuan politik
dengan mengagungkan asal usulnya.
Versi M.T Azis Syah merinci silsilah
tentang Tomanurung yang dimulai dari perkawinan Tobisse di Tallang dan
Tokombong di Bura ini melahirkan seorang putra yang bernama Tobanua Posi yang
kawin dengan Tandi Billi. Perkawinan ini melahirkan enam orang
anak, masing-masing :
1.
I Lando Belua
2.
I Laso Keppang
3.
I Lando Guttu
4.
Usu Sambambang
5.
Pa'doran
6.
Rattebiang
Rattebiang inilah yang melahirkan
Tasudidi.Tasudidi kawin dengan perempuan yang tidak diketahui namanya yang
mempunyai anak bernama Sibannangan yang tinggal di mamasa. Sibannangan kawin
dengan Sanrabone dan lahirlah Beloratte. Beloratte kawin dengan laki laki yang
tidak diketahi namanya melahirkan Tomiteeng Bassi. Tomiteeng Bassi juga tidak
diketahui nama istrinya melahirkan Daeng Lumale. Daeng Lumale juga tidak
diketahui nama istrinya tapi mempunyai anak sebanyak 11 orang
anak, masing-masing :
1.
Daeng Tumanang
2.
Lamber Susu
3.
Daeng Manganang
4.
Sabalima
5.
Pullaomesa
6.
Taandiri
7.
Daeng Palulung
8.
Todipikung
9.
Talabanna
10.
Tonipanibulu
11.
Topali
Topali ini adalah Tomakaka Lemo yang
tidak diketahui nama istrinya melahirkan anak yang bernama
Tabittoeng. Tabittoeng tidak diketahui nama suaminya tapi mempunyai anak yang
bernama Taurra-Urra. Taurra-Urra inilah yang melahirkan We Apas yang kawin
dengan Puang di Gandang dan kemudian melahirkan I Manyambungi atau Todzilaling.
Komentar
Posting Komentar