Catatan: Admin
Bandara Tampapadang Mamuju seketika menjadi lautan manusia. Mereka berdatangan dari berbagai sudut kota dan dari pojok negeri Mandar ini. Mereka seakan tak terbendung, bak arus air yang terus mengalir. Hari ini Sulbar menorehkan sejarah penting yang jarang terjadi. Kedatangan SDK - SALIM di Bandara Tampapadang menjadi fakta yang mesti dicatat oleh sejarah.
Dua sosok kebanggaan Sulbar itu kini benar-benar menyatu. Sebuah penyatuan yang utuh, bukan sebagai rival lagi. Pun bukan sebuah melodrama ataupun sandiwara. Keduanya dinilai sebagai perekat sejumlah etnis Sulbar yang diterima oleh siapapun. SDK dan SALIM memang harus bisa membuang ego masing-masing, sebab Sulbar yang kini berusia 20 Tahun membutuhkan figur yang diharapkan bisa menjadi pemimpin untuk ma'arira banua mala'bi' ini. Membangun Sulbar butuh chemistri yang siap ditampar oleh resiko, dan sosok itu telah lahir ditengah riak gelombang yang siap menghantam.
Hari ini, (4 Agustus 2024), Mamuju menjadi saksi dan menjadi awal yang baik untuk mengaktualisasi kesejatian konsepsi Mesa Kanne' yang sesungguhnya. Mesa Kanne yang bukan lagi sebatas slogan. Dan sejatinya, spirit Mesa Kanne' itu dielaborasi, direkonstruksi dan diejawantah dalam daur hidup manusia Mandar (baca: Sulawesi Barat). Nilai-Nilai Mesa Kanne' yang terdiri dari Attonganang dan Alappuang (kebenaran dan kejujuran), Siama'-ama' (bersatu), Mappapeko' pulu sodzo mappadzoro pulu pae' (kedisiplinan), Sipakala'bi' anna Sipakaraya (saling memuliakan dan saling menghormati) ini sangat jelas tergambar dari dua sosok yang hari ini kita usung bersama sebagai Cawagub Sulbar. Ini tentu tak terbantahkan.
Hari ini, kita memasuki sebuah fase dalam bentuk deklarasi tokoh yang dipersiapkan sebagai pemimpin di daerah ini yang notabene menjadikan Mandar (baca: Sulbar) sebagai identitas. Maka sebagai Mandar, ekspektasi kita dalam memilih pemimpin kedepan sangat variatif sebagaimana konsepsi kepemiminan yang dibangun oleh para raja-raja di Mandar. Salah satu yang ingin saya angkat pada tulisan ini adalah pesan Tandibella Kakanna I Pattang (Daetta Tommane) Arajang Balanipa ke-4. Pesan ini cukup familiar di Mandar sejak tahun 1615 dan yang sampai hari inipun menjadi konten paling laris di media sosial.
Pesan itu adalah "Tarrare Diallo Tammatindo dibongi mandandang mata diperandanna daung aju, dimadinginna lita', di malimbonna rura, diajarianna banne tau, diatepuanna agama". Pesan ini memberikan spirit bagi kita untuk menentukan siapa pemimpin paling layak. Indikator penilaian kita itu bisa dirujukkan lewat pesan diatas. Pesan ini jangan dipenggal ketika berbicara esensi sebab substansi dari pesan itu adalah cara memimpin dalam perspektif Amandaran. Merrandanna Daung Aju adalah refresentasi dari kesejahteraan petani, Madinginna lita' adalah memberi rasa aman pada masyarakat, Malimbonna rura adalah garansi nelayan dan perikanan kita maju, ajrianna banne tau terkait dengan kesehatan ibu dan anak, dan terakhir atepuanna agama adalah berkembangnya kajian keagaman di Sulawesi Barat.
Lima poin itu harus dilekatkan pada pemimpin yang akan kita pilih. Pesan diatas jangan lagi kerap dipenggal-penggal, ia harus utuh. Jangan hanya sampai pada tataran tarrare diallo tammatindo dibongi mappikkiri atuonna pa'banua. Pertanyaannya adalah apakah sosok SDK - SALIM adalah refresentasi dari pesan Daetta Tommuane diatas? Rekam jejak kedua tokoh ini cukup memperjelas arah dukungan itu jika kita mentadabburinya lewat leluhur kita di Mandar. Bismillah.
(BERSAMBUNG)
Komentar
Posting Komentar