(012) MAXIMUS & GLADIATOR PAPUA

Penulis : Maximus Tipagau 
Penerbit : Rayyana Komunikasindo
Tahun : 2016
424 Halaman 

Kisah hidup Maximus Tipagau Ini akan menginspirasi banyak orang. Kedua Orangtuanya mengajarkan, di dunia ini tak ada yang gratis, termasuk soal makan di rumah. Ia tak dapat jatah makan jika belum membantu orangtuanya. 

Kehidupannya makin sulit ketika di usia tujuh tahun la sudah yatim piatu. Meski punya nenek, Maximus memilih hidup sendiri. Lalu ia mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Kadang ia menawarkan diri membawakan tas milik geolog asing yang sedang melakukan survei sumber emas di kawasan dekat rumahnya dengan harapan mendapat jatah makan, atau mengangkut barang milik guru asal Jawa dari lapangan terbang ke rumah dinasnya. Pernah juga memikul sayuran sejauh puluhan kilometer hanya untuk mendapat upah Rp. 3.000. Meski sulit, ia pantang menerima upah sebelum pekerjaannya selesai. Ia bahkan pernah mengikat perutnya dengan noken kuat-kuat untuk mengurangi rasa lapar yang mendera, padahal ia harus membelah setumpuk kayu. 

Di usianya yang belum genap sepuluh tahun, Maximus mencoba melamar pekerjaan di Tembagapura, kawasan Freeport. Sudah tentu ia diusir-usir sekuriti. Namun, berkat kegigihannya, dengan berbagai strategi yang lugu tetapi cerdik, akhirnya usahanya membuahkan hasil. Ia mendapat pekerjaan sebagai tukang kebun di kompleks pejabat tinggi Freeport. Kelak ia bekerja sebagai tukang kebun di sejumlah rumah yang dihuni para petinggi Freeport. Ia pun akrab dengan beberapa direktur perusahaan itu yang berasal dari AS atau Kanada. 

Meski banyak koneksi, untuk bisa bekerja di Freeport ternyata tidak mudah. Apalagi ia tak tamat SD. Namun, ia pantang menyerah. Segala upaya ditempuhnya agar bisa bekerja di Freeport. 

Buku ini bercerita tentang bagaimana ia menembus ketatnya penjagaan di Freeport, meyakinkan para petinggi perusahaan itu agar mau mempekerjakannya, dan bagaimana ia belajar untuk meningkatkan karier dari tukang parkir truk hingga jadi operator truk raksasa, bahkan jadi instruktur operator alat berat yang pesertanya para sarjana. 

Perjalanan hidupnya unik, lucu, lugu, kadang “gila”, tetapi sangat inspiratif. S.apa sangka pemuda Papua yang usianya belum 35 tahun ini sekarang bekerja di Istana Negara dan pernah memimpin delegasi ekonomi ke luar negeri. “Mungkin saya diwarisi mental gladiator seperti ayah dan kakek saya," katanya. 

Komentar