PENGANTAR PENULIS ||MELISAN TULISKAN KEMENANGAN



Dokumentasi 2017

Bismillahirrahmanirrahim, Kalimat indah itu saya jadikan pembuka sebagaimana status ayat itu menjadi pembuka dalam QS. Al-Fatihah. Suratul Fatihah adalah pembuka atau kunci dalam segala urusan dengan Tuhan, manusia dan alam. Maka kepada-Nya jua semua kuserahkan, akan seperti apa coretan ini bermanfaat bagi siapa saja. Termasuk ketika saya mengambil keputusan bergabung dalam barisan SDK-JSM.   
     
Buku “Jejak Kemenangan” ini telah saya rancang sejak memutuskan bergabung dalam Garda Perjuangan SDK-JSM pada Pilkada kali ini. Sosok Salim S. Mengga bagi saya adalah panutan yang patut untuk dipatuhi. Maka ketika dua suhu ini bergabung satu kubu, saya sudah yakin akan menang. Sejak itu saya niatkan menyusun buku ini sebagai upaya melisan tuliskan kemenangan. Ternyata, kemenangan itu berpihak ke SDK-JSM. Maka jadilah buku ini sebagai bentuk apresiasi saya kepada kedua sosok ‘Malaqbiq’ ini. 

Lembaran-lembaran tulisan yang berserakan sejak awal menemukan takdirnya sebagai buku berkat dukungan dan bantuan dari Dr. Sitti Suraidah Suhardi, H. Syamsul Samad, Sukri Umar, Ary Iftikhar Shihab (Koje) dan Dirga Adhi Putra Singkarru. Semangat merampungkannya semakin menggebu ketika gagasan ini saya sampaikan ke Bapak Suhardi Duka. Beliau sangat mengapresiasi dan mengetik kata: Menarik, lanjutkan !. Kepada Pak Jendral Salim S. Mengga juga saya sampaikan. Belau mengatkan, Saya akan terus mendukung upaya Ananda Munir dalam melakukan ini”.    

***

Sejak Pilgub 2006, JSM adalah sosok yang kerap saya dukung dalam berbagai momentum pemilihan, baik itu di Pilkada maupun di Pemilu. Pada Pilgub 2017 terkesan saya menjadi pendukung ABM-Enny. Itu karena saat itu saya masih berstatus sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN). Secara, saya bergabung di PAN sejak tahun 2006-2018. Tapi hati nurani, tetap menjadi milik Sang Jendral Salim S. Mengga.  

Alasan lain saya bergabung sebagai pendukung pasangan SDK-JSM karena pertimbangan momentum. Sejak Sulbar terbentuk, Klan Mengga, Masdar dan Manggabarani kerap menjadi satu-satunya yang selalu berkontestasi dalam setiap pemilihan, baik itu Bupati maupun Gubernur. Diantaranya itu muncul Anwar Adnan Saleh meruntuhkan hegemoni 3 M itu. Seiring perjalanan waktu, SDK dan Hendra S. Singkarru menjadi sosok penyeimbang diantara deretan tokoh itu. Belum lagi Aras Tammauni dan Agus Ambo Djiwa yang juga menjadi sosok yang diperhitungkan dalam berbagai momentum pemilihan kedepan. Pilkada Sulbar 2024, SDK, JSM dan Singkarru bergabung. Tentu ini merupakan kekuatan besar yang hampir bisa dipastikan jadi pemenang. 
Pilkada Sulbar 2024 yang baru saja lewat (27 November 2024) lalu menjadi puncak rangkaian perjalanan panjang bagi Suhardi Duka dan Salim S. Mengga memenangkan pertarungan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat periode 2025-2030.

Pasangan dengan tagline SDK-JSM ini keluar sebagai pememang mengalahkan Andi Ibrahim Masdar (AIM)-Asnuddin Sokong, Andi Ali Baal Masdar (ABM)-Arwan dan Prof. Husain Syam (PHS)-Enny Angraeni Anwar. Ali Baal Masdar adalah Gubernur Sulawesi Barat periode 2017-2022) dan Enny Angraeni Anwar adalah Wakil Gubernur Sulawesi Barat yang mendampingi ABM. 

Strategi memasangkan antara SDK dan JSM adalah kunci kemenangan itu. JSM adalah sosok yang dikenal sebagai tokoh karismatik, mantan jendral. Bisa disebut politisi dan ulama. Berpadunya kekuatan SDK dan JSM menjadi sebuah strategi yang menurut para pengamat adalah pasangan tak terkalahkan. Terlebih dibelakang terdapat barisan partai pengusung, singkarru family, dari unsur eksekutif dan legislatif serta politisi dan tokoh agama, adat serta pemuda yang bersinergi membangun kekuatan untuk SDK-JSM. 

SDK-JSM diusung oleh koalisi besar yakni Partai Demokrat, Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Gelora, Partai Ummat dan Partai Buruh. Selain Tim Koalisi Partai itu, SDK juga didukung oleh Tim Relawan dan sejumlah komunitas pendukung yang bekerja solid di lapangan. Tim pemenangan yang terus menjaring berbagai kekuatan akar rumput untuk target menjadikan SDK-JSM sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat.

Dengan semua itu, perjalanan panjang SDK semakin meyakinkan sampai ke finis, karena hal yang klasik dalam sebuah perjuangan adalah finansial (logistik). SDK menjadi sosok yang bertanggung jawab untuk kebutuhan finasial, sementara JSM dan simpatisannya menjadi tonggak pemenangan di lapangan dan bekerja tanpa pamrih. Hal tersebut memang telah dilakukan sejak Pilkda Gubernur 2006, 2011, 2017 sampai 2024 ini.  

Demikianlah yang terjadi dalam proses Pilkada Sulbar. SDK-JSM memiliki dua pilar pemenangan utama. Pertama adalah partai politik pengusung SDK-JSM. Di barisan partai politik ini ada 7 partai politik (tiga pemilik kursi dan empat partai non kursi). Partai NasDem memiliki 5 kursi dan 1 kursi dari PKS. Sementara dari partai non parlemen adalah PSI (Partai Solidaritas Indonesia), Partai Gelora, Partai Ummat dan Partai Buruh. 

Pilar Kedua banyaknya tokoh Sulbar dan komunitas masyarakat yang terdiri dari pemuda, petani, nelayan, petrnak, pelajar, mahasiswa, penggiat literasi dan sejumlah organisasi pemuda antara lain SDK Community, Koje Community Sama Rata, Barisan Anak Jenderal, Sayap Muda JSM, Garda Bersatu 80SS, dan lainnya yang tergabung sebagai relawan. Para tokoh sekelas H. Hendra S. Singkarru, Hajrul Malik, Abd. Jawas Gani, Pendeta Abraham, Muhammad Ilyas Yacub, Muhammad Asri Abdullah, Abdul Rahman Tona, H. Ramli, H. Sabaruddin, S. Taswin Al-Attas, Abd. Rahman Karim, Andi Morgan, Hamka, Syarifah Nur Abbas, dan ratusan tokoh yang siap memenangkan SDK-JSM.    

Interaksi dengan Suhardi Duka

Mengenal nama SDK sesungguhnya sudah lama, sejak ia menjabat sebagai Ketua DPRD Mamuju ketika awal-awal perjuangan pembentukan Propinsi Sulawesi Barat (2001). Ketika itu, terjadi sebuah persoalan terkait rekomendasi DPRD Mamuju yang dinilai Pemprop Sulsel kurang tegas, apakah akan mendahulukan pemekaran Mamuju atau dukungan terhadap perjuangan Pembentukan Propinsi Sulawesi Barat. Pihak KAPP Sulbar meminta agar mengubah surat rekomendasi yang pernah dikeluarkan oleh DPRD Mamuju. 

Tindakan SDK saat itu adalah menjawab surat dari Pemprop Sulsel (gubernur) untuk menegaskan bahwa pihaknya menyetujui perjuangan pembentukan Propinsi Sulawesi Barat. Hal ini dilakukan agar semua bisa berjalan lancar tanpa harus melalui paripurna yang tentu memakan banyak waktu sebab harus rapat untuk dengar tangapan fraksi-fraksi di DPRD Mamuju. Inisiatif SDK ini rupanya bisa menyelamatkan proses perjuangan Sulbar (Adi Arwan Alimin, 2016). Andai hari itu, SDK tak mengambil tindakan, sangat mungkin Sulbar tak akan pernah lahir. Ini menjadi berita gembira bagi pejuang Sulbar dan dari sanalah nama SDK mulai saya dengar.  

Pertengahan tahun 2015, barulah saya bisa bertemu langsung dengan Suhardi Duka yang ketika itu masih menjabat sebagai Bupati Mamuju. Saat itu saya membersamai Andi Morgan, Hamka, Heri Dahnur Syam, dan lainnya menghadap langsung ke SDK untuk dukungannya terhadap perjuangan Pembentukan Kabupaten Balanipa. SDK sangat merespon adanya upaya pemekaran yang diperjuangkan oleh masyarakat yang ada di Polman. Ia menyambut kami dengan penyambutan yang sangat familiar.

Penulis bersama teman-teman Barisan Pemuda Balanipa bersama SDK (Bupati Mamuju) saat bersilaturrahmi dengan SDK di Kantornya (2015)

Pada tahun yang sama, komunitas literasi yang saya bentuk mendapat undangan dari Yayasan Karampuang di d’Maleo Hotel Mamuju dan mendapat kehormatan bertemu kembali bersama kawan-kawan penggiat dari Tinambung. Kesempatan ini menjadi gerbang awal bagi saya berinteraksi dengan tokoh-tokoh Mamuju dan beberapa komunitas literasi terlahirkan. Adalah Nehru Sagena, Suparman Sopu, Hajrul Malik, Abd. Jawas Gani, Adi Arwan Alimin dan lainnya menjadi pemantik.      
  Penulis bersama SDK dalam sebuah acara yang digelar oleh Yayasan Karampuang di d’Maleo Hotel Mamuju, 2015

Ketika Konferensi Rumah Jonga (Senin 5 Agustus 2024) benar-benar terjadi dan memastikan SDK berpasangan dengan Salim S. Mengga, saya kemudian menyatakan diri bergabung secara penuh. Melalui Ketua Kolaisi Partai Sulbar, Sukri Umar, saya hadir bersama Andi Morgan, dan kawan-kawan dari Polman untuk hadir dalam Pembekalan Tim Pemenangan SDK-JSM di Maleo Hotel. Setelah acara, Syamsul Samad memberi saya kesempatan bertemu dengan SDK secara langsung di Hotel Maleo setelah agenda pembekalan.
Pertemuan ini memberi kesan bahwa SDK adalah sosok politisi literat, sebab pada acara pembekalan tim itu sekaligus menjadi ajang peluncuran bukunya yang berjudul “SDK Mendayung Dari Hulu, Maestro Politik Bertangan Dingin Dari Sulawesi Barat” Buku ini merupakan buku autobiografi-nya yang digarap oleh Sofa Nurdianti, seorang penulis nasional yang cukup bisa diandalkan dalam hal tulis menulis. Terlebih, saat bertemu, ia memberi apresiasi terhadap beberapa tulisan yang saya publish di media online dan jejaring medsos lainnya.
    
Pada Minggu 1 September 2024, kembali bertemu di Rumah Putih Palippis (rumah Syamsul Samad). Hadir dalam acara yang dipandu oleh Syamsul Samad tersebut Salim S. Mengga, Ary Iftikhar Shihab, Jalaluddin, Gazali Baharuddin Lopa, Imam Efendi S. Singkarru, Abdul Muin dan sejumlah kader partai pengusung dan relawan. Pada kesempatan tersebut SDK menghadiahkan langsung bukunya kepada saya dihadapan ratusan orang tim dan simpatisannya. 
Maka jadilah malam itu sebagai ajang tukar buku dengan SDK sebab saya juga menyerahkan dua judul buku yang saya tulis, yakni Ibu Agung Andi Depu dan Hj. Maemunah Djud Pantje. 

Saat diberi kesempatan berbicara, saya memang lebih menekankan agar kelak jika jadi Gubernur Sulbar, Pemajuan Kebudayaan dan Pengembangan Literasi menjadi hal inti yang saya sampaikan. Baik SDK maupun JSM, semua merespon baik aspirasi tersebut. 

Bahwa kemudian setelah pencoblosan hasil Quik Count SDK-JSM memimpin perolehan suara terbanyak, itu sudah saya duga bahwa bergabungnya dua suhu dalam satu kubu ini adalah tanda kemenangan. Itulah makanya dalam interaksi saya dengan SDK di WA Grup, saya selalu menyapanya dengan panggilan Pak Gub. Ini pula yang selalu saya batinkan agar SDK-JSM diberikan jalan untuk jadi pemimpin di propinsi yang berjargon Malaqbiq ini.  

Interaksi dengan Jenderal Salim S. Mengga

Foto 2019 saat Salim S. Mengga dan Ardi Amanah bertandan ke Rumah Penulis 

Tahun 2006 menjadi awal bagi saya mengenali sosok Jendral Salim Mengga dan kerap berkunjung ke Rumah Jonga Polewali bersama teman-taman saat beliau ada waktunya. Maka Pilkada tahun 2006 itu juga saya bergabung sebagai salah satu tim pendukung. Termasuk ketika terjadi aksi-aksi warga yang memadati Kota Mamuju kala itu juga saya harus berada di Mamuju bersama massa pendukung JSM di Mamuju. Kontestasi Pilkada memang selalu memberi ruang kecurangan bagi penyelenggara yang tak punya nurani. Itulah yang terjadi dan menimpa sosok JSM. 

Pada Pilkada 2011 juga demikian. Saya menyatakan bergabung secara penuh dengan pertimbangan yang sangat matang mengingat PAN menjadi salah satu pengusung utama sebab JSM menggandeng Abd. Jawas Gani yang tak lain adalah Ketua DPW PAN Sulbar. Semua titik kampanye pasangan JSM-JAWAS atau Salim Saja saya ikuti di 5 Kabupaten (Mamuju Tengah saat itu belum terbentuk). Kendati hasil Pilgub harus menerima kenyataan sebagai pihak yang kalah, tapi lagi-lagi kami harus legowo dan sabar. 

Sebuah pengalaman lucu yang sampai saat ini saya ingat terkait Pilgub 2011. Saat itu saya masih jadi Imam Masjid Nuruttaubah Baru’dua Desa Botto. Kepala Dusun saat itu mendukung ABM, sementara saya mendukung JSM. Entah kami terlalu serius atau sebuah kobodohan yang belum difahami, saya dengan Pak Dusun bertaruh jika ABM menang di TPS Baru’ Dua maka saya mundur jadi Imam Masjid. Begitupun jika JSM menang, maka Pak Dusun harus rela mundur dari jabatannya. Hasilnya kemudian, JSM kalah 7 suara di TPS kami. Praktis saya mengundurkan diri dari jabatan Imam Masjid sehingga warga harus mendatangkan Imam dari luar dengan konsekwensi harus ada intentif bulanan baginya. 
Sepanjang tahun itu komunikasi saya dengan JSM selalu terpelihara baik lewat medsos maupun interaksi langsung. Sampai pada Pilgub 2017, JSM kembali maju bersama Hasanuddin Mas’ud. Secara nurani saya pribadi mendukung JSM, tapi karena saat itu saya masih terikat dengan status sebagai kader PAN maka otomatis saya berada di kubu ABM, meski orang-orang di sekitar Matakali juga tidak menghitung saya sebagai pendukung ABM sebab saya selalu menjadi orang JSM dalam setiap kontestasi politiknya. 

Ketika saya ke Belitung, saya tak memberi tahukan ke JSM tentang agenda saya melacak jejak I Calo Ammana Wewang di Belitung. Setelah mendapati postingan saya di facebook, beliau menyuruh Ardhy (Sumarding) menelpon dan langsung minta nomor rekening saya setelah kuberi tahu maksud dan tujuan saya ke Belitung. JSM memang selalu tampil sebagai sosok pengayom di setiap aktifitas literasi kerap saya suarakan dalam berbagai ruang dan waktu. Bahkan tak jarang, beliau berkunjung ke rumah saya atau memanggil saya bertemu jika beliau punya kesempatan. 

***

Bergabung sebagai tim kali ini, saya begitu yakin bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat periode mendatang pemenangnya adalah SDK-JSM. Ekspektasi yang saya bangun itu rupanya berkelindan dengan kenyataan, sebab setelah hari pencoblosan 27 November 2024, pasangan ini berhasil mendulang suara berdasarkan hitungan sementara (Quick Count).

Terlebih pada 7  Desember 2024, hasil rekapitulasi perhitungan langsung (Real Count) KPU menetapkan SDK-JSM sebagai pemenang berdasarkan Real Count. 
KPU kemudian menetapkan Pasangan Calon Terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sulawesi Barat Pemilihan Tahun 2024 di Grand Maleo Hotel Mamuju, 9 Januari 2025.  Rapat Pleno KPU menetapkan Suhardi Duka – Salim S. Mengga berhasil memperoleh dukungan dari masyarakat Sulbar yang signifikan yakni 337.512 (46%) suara. Sementara pasangan Andi Ibrahim Masdar – Asnuddin Sokong memperoleh 144. 154 (19,72%)sura. Adapun pasangan Ali Baal Masdar – Arwan Aras mendapatkan 137.181 (18,77%) suara. Perolehan suara paling rendah adalah pasangan Husain Syam – Enny Angraeni sejumlah 111.980 (15,32%).  

SDK sebagai Pemenang Pilgub 2014 melalui Rapat Pleno Penetapan menjadi pemenang di Pilgub 2024.  
Saya tentu bersyukur atas capaian ini. Sebab sosok yang saya jadikan panutan berhasil menjadi pemenang meski sebagai Wakil Gubernur. Rasa syukur dan kebahagian melingkupi mengingat SDK sebagai Gubernur adalah politisi yang menjadikan komitmen sebagai bagian dari iman, maka nikmat mana lagi yang kita dustakan?. “Allahu Akbar, Menang, Menang, Menang”. Demikianlah pekikan yang menggema ke udara saat iring-iringan kendaraan yang melakukan konvoi kemenangan SDK-JSM pada suatu sore di hari setelah pencoblosan.   

***

BUKU ini adalah rekaman perjalanan untuk sampai kepada kemenangan puncak di Pilkada Sulbar 2024. Terpilihnya SDK-JSM tidak serta merta harus kita lupakan. Ada luapan rasa yang tak boleh diabaikan. SDK pernah kalah di Pilgub 2017, JSM bahkan selalu kalah dalam setiap kontestasi Pilkada. Tapi jalan panjang kemenangan itu menjadi penting sehingga narasi dalam buku ini bisa mengingatkan kita semua, bahwa untuk menang itu tidak mudah. Ada proses yang mesti kita jalani. Rasa sakit, kecewa, lelah, bahkan letih mungkin menemani. Terlepas menyakitkan ataupun menyenangkan, semua harus dilakoni dan nikmati hingga sampai pada hasil akhir.

Dari segala rasa itulah, keduanya memupuk asa untuk mampu bertahan, berjalan, berlari hingga sampai ke puncak yang ingin dituju. Keduanya adalah sosok yang tak bisa membedakan antara menyenangkan dan menyakitkan ketika itu berhubungan dengan kepentingan rakyat. 

Narasi ini tercipta dari serangkaian perjalanan panjang SDK-JSM. Tak hanya itu, sebuah kemenangan besar pasti melibatkan banyak orang yang berjuang sesuai kemampuannya. Waktu, tenaga, uang dan fikiran pasti ada yang mereka gunakan untuk berjuang. Bahkan pada tingkatan doa saja, harus diapresiasi sebagai bentuk keberpihakan. Ketika Ibrahim as dibakar oleh Raja Namrud, serombongan semut membawa air dengan maksud memadamkan api. 
Kelakuan semut ini menjadi bahan tertawaan sebab posturnya yang kecil tentu tak akan mampu membuat api Namrud padam olehnya. Tapi semut dengan lantang mengatakan, “Kami tau, upaya ini tak mungkin bisa berhasil. Tapi setidaknya kami telah menunjukkan keberpihakan kami terhadap Ibrahim”. 

Ketika narasi ini mewujud sebagai buku, maka ia menjadi wadah bercerita tentang banyak hal. Dinamika perjuangan dan proses dialektika yang melingkupinya harus terasa. Dan buku ini mencoba merekam itu meski tidak mungkin utuh. Keterbatasan waktu dan ruang, (mungkin juga uang) yang menjadi penyebab klasik. Selain itu, keterbatasan halaman buku ini juga harus dipertimbangkan. 

Kondisi inilah yang melatari sehingga ada proses yang mungkin tak terekam, ada banyak kejadian yang tak terceritakan, bahkan ada banyak tokoh yang tak bisa kami apresiasi di buku ini. Tak hanya itu, fokus penulisan buku ini tidak secara umum merekam proses di semua wilayah kabupaten di Sulawesi Barat. Terasa sekali Polewali Mandar dan Mamuju menjadi inti, selebihnya Majene. Saya memang sempat mengunjungi Mamasa, Mamuju Tengah (mines Pasangkayu). 
Tapi lagi-lagi harus di fahami bahwa ini bukan sesuatu yang direncanakan atau disengaja. Ini murni kekurangan dari penulis. Jangan sampai ada yang berfikir sebagai bentuk pengabaian terhadap daerah lain. Sungguh, secara nurani saya tak mungkin melakukan itu, terlebih ketika mentadabburinya lewat pappasang kanne-kanne’ta, sisara’pai mata malotong anna sisara’ PItu Ulunna Salu, Pitu Ba’banan Binanga.

Olehnya itu, kepada tim yang tak sempat saya lisan tuliskan di buku ini, saya mohon maaf. Semoga ini bisa ditindak lanjuti kedepan, agar perjuangan dan kinerja kawan-kawan di lapangan semua terukur dan jelas serta bisa diabadikan.

***
Saya sengaja menyusun buku ini dengan beberapa bagian. Diawali dengan Sinopsis yang menyuguhkan sejumlah peristiwa yang melatari dan mejadi alasan SDK-JSM terus melakukan pola pergerakan untuk bisa menjadi pemimpin di Sulawesi Barat. BAB pertama saya menaikkan profil kedua sosok yang akan mengawal pemerintahan Sulbar 5 tahun kedepan. Semua harus tahu proses perjalanan kedua tokoh Sulbar itu sampai pada titik ini. Jalan panjang yang dilaluinya itu tak mudah, bahkan berliku, kadang juga menyakitkan, melelahkan. Tapi demi Sulbar, keduanya mampu menjadikan kelelahan itu letih menyertainya. 

Pada bagian selajutnya buku ini memberikan gambaran soliditas tim yang tergabung dalam Tim Koalisi Partai, Tim Relawan dan Tim Keluarga. Termasuk para tokoh politisi, tokoh agama, pemuda, dan masyarakat yang ikut menjadi bagian dari proses kemenangan ini. Adapun bagian terakhir dari 6 BAB buku ini adalah pernak-pernik yang berisi tulisan apresiasi yang tak hanya memuji tapi sekaligus menguji keberadaan SDJK-JSM sebagai pemimpin daerah bernama: SULAWESI BARAT ini. 

Pada akhirnya saya mengucapkan Selamat dan Sukses kepada SDK dan JSM sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat 2025-2030. Kepada Ibu Suraidah Suhardi, Syamsul Samad, Ary Iftikhar Shihab (Koje’), Sukri Umar, SP yang saya anggap sebagai pemantik lahirnya buku ini. Terima Kasih kepada H. Hendra S. Singkarru, Abdul Jawas Gani, Muhammad Ilyas Yacub, Tammalele, Subriadi Bakri, Muhammad Aliwardi Sail, Dirga Adhi Putra Singkarru, Ratih Megasari Singkarru, Iskandar Muda Baharuddin Lopa, Abdul Rahim, Suparman Sopu, Hajrul Malik, S. Syarifah Nur Abbas As-Siraj, Abdul Rahman Tona, Abdul Rahman Karim dan semua yang tak bisa saya sebut satu-satu. 

Wabilkhusus Andi Morgan, Muhammad Aslam, Andri Prayoga Singkarru, Imam Efendi S. Singkarru, Ardhy Amanah, S. Wildan S. Baso, S. Fauzi, Andi Qadir Sangalipu, Jalal, Musjad, Tahiruddin, Burhan, dan semua yang tak bisa saya sebutkan satu-satu. tetap semanagat. Kemenangan ini bukan akhir tapi awal untuk memulai apa yang kita cita-citakan bersama. 

Campalagian – Polman 
27 November – 9 Januari 2024   



MUHAMMAD MUNIR





Komentar