H. SYAMSUL SAMAD, demikian nama yang lekat pada sosok politisi muda yang saat ini menjadi nakhoda DPC Partai Demokrat Polewali Mandar. Keberadaannya di Tim Pemenangan SDK tak diragukan bahwa ia adalah kader yang benar-benar menjaga komitmen. Rumah Putih Palippis yang tak lain rumah pribadinya menjadi markas perjuangan, tidak saja bagi tim koalisi tapi juga relawan dan simpatisan menjadikannya sebagai tempat diskusi, kongkow-kongkow antara sesama pendukung SDK- JSM.
Saya mengenalnya sejak dari 2009 dari seringnya kami ketemu saat berkunjung ke Kantor DPRD Polewali Mandar. Meski kami berlainan partai, tapi komunikasi tak menghalangi untuk berdiskusi tentang kondisi masyarakat Polewali Mandar. Begitupun saat menjadi Anggota DPRD Sulbar, komunikasi kami terus terjalin.
Pria yang lahir di Desa Bala Kecamatan Balanipa, 4 Oktober 1980 ini punya garis takdir yang cukup cemerlang. Betapa tidak, pada tahun 2009 ia merintis karier politiknya di Partai Demokrat. Bermodal kost politik 20 jutaan, ia berhasil meraup suara 1.300 dan mengantarnya sebagai Anggota DPRD Polewali Mandar periode 2009-2014. Di Polman, hanya satu periode ia jalani dan beranjak ke level propinsi. Keputusan ini termasuk berani dan beresiko, tapi bukan Syamsul jika ia tak siap ditampar oleh resiko.
Baginya, bertarung di tingkat kabupaten dan propinsi sama saja, sebab penetunya adalah konstituen yang kerap ia bina selama menjadi Anggota DPRD Polman. Sebagai aktifis, ia faham betul kalkulasi politik dan startegi kemenangan yang mesti ia jaga. Hasilnya kemudian, sebanyak 4.200 suara mengantarnya menjadi salah satu dari 45 Anggota DPRD Sulbar periode 2014-2019.
Pada Pemilu 2019-2024 juga demikian ia kembali dengan mudah meraup suara dari dapil Polman B dan mengantarnya menjadi Anggota DPRD Sulbar untuk kedua kalinya dengan perolehan suara yang signifikan, yakni 6.700 suara. Lolos sebagai wakil rakyat dua periode tentu bukan hal mudah, sebab tak jarang politisi lain hanya mampu bertahan 1 periode saja. Tapi Syamsul yang nyaris diterima semua kalangan justru enjoy dan terus mendapat dukungan rakyat. Kondisi ini memberinya peluang kembali lolos pada Pemilu 2024 dengan mengantongi suara 11.850. Ia kemudian kembali dilantik pada 26 September 2014 di untuk periode yang ketiga kalinya.
***
Jangan pernah berfikir bahwa Syamsul yang akrab disapa Ancu ini adalah anak orang kaya atau pejabat tinggi. Ia lahir dari seorang ayah bernama Abdul Samad dengan ibu yang bernama Musdalifah. Pasangan suami istri menggantungkan hidupnya sebagai petani biasa di Desa Bala (dulu Desa Pambusuang). Syamsul adalah anak kedua dari 5 bersaudara, yakni Hasnah Samad, Syamsul Samad, Darmawati Samad, Kasmawati Samad dan Ahmad Samad. Ketika bencana banjir besar 1987 melanda Polewali Mamasa (sekarang Polewali Mandar) kondisi ekonomi masyarakat berada pada titik nadir. Kondisi ini membuat Abdul Samad memilih hijrah ke Karossa Mamuju.
Tujuannya tentu untuk mengubah nasib dengan tetap menjadi petani. Ia dibantu oleh istrinya berjualan garam dan serabutan di pasar Karossa. Itulah makanya, Syamsul Samad menempuh pendidikan dasarnya di SD Karossa yang kebetulan berada di dekat rumahnya. Setamat di SD, ia kemudian lanjut ke SMP Karossa. Disini perjuangan Syamsul mulai dipertaruhkan. Betapa tidak, setiap hari ia harus berjalan kaki sejauh 6 km untuk sampai ke sekolahnya. Ini dilakukan karena orang tuanya tak mampu membelikannya sepeda. Jangankan sepeda, untuk kebutuhan kesehariannya saja sudah tertatih.
Tapi Syamsul beruntung memiliki orang tua yang berfikir maju. Bagi Pak Samad, pendidikan bagi anak-anaknya adalah nomor satu. Tak boleh ada anaknya yang tak sekolah hanya karena kendala ekonomi. Syamsul yang nota bene anak kedua tentu tak memiliki kesempatan bermanja-manja. Betapa pun kesulitan yang mendera keluarganya, ia tjuga punya tekad untuk tetap bersekolah. Untuk menyiasati kehidupannya, Syamsul bahkan tak jarang harus numpang kerja di bengkel, jadi kernet mobil penumpang jurusan Karossa-Mamuju. Itu ia lakukan sampai tamat SMP.
Setelah tamat SMP, Syamsul memilih merantau ke Parapare. Disana ia mendaftar ke SMA 1 Parepare, sebuah sekolah unggulan yang siswanya rata-rata anak orang kaya. Sekolahnya memiliki 23 kelas yang setiap kelasnya diisi dengan 40 orang siswa. Menurut Syamsul, diantara seribuan siswa di sekolahnya, hanya dia yang menggunakan sepeda. Di Parepare, Syamsul menumpang di rumah salah seorang keluarganya selama setahun, setelah itu ia memilih in the kost dan hidup mandiri. Itu ia lakukan karena tak ingin merepotkan keluarganya, termasuk ia tak banyak lagi berharap pada orang tuanya di Karossa.
Dalam kondisi begtu, Syamsul tak kehilangan akal untuk tetap bisa melanjutkan sekolahnya. Itulah makanya, Syamsul menyiasati kehidupannya di Parepare dengan pergi ke pasar dan membuka permainan catur tiga langkah. Dari sini, ia menghandel permainan dengan lawan tandingnya yang harus membayar baru bisa jadi penantangnya. Pola permainannya, jika penantangnya mampu mengalahkannya dalam tiga langkah, maka ia akan membayar senilai yang telah ditentukan. Syamsul memang telah menguasai rahasia permainan ini sehingga bisa dipastikan ia dapat uang, sebab ia memiliki rahasia permainan yang tak memungkinkan lawannya menang. Dalam kondisi susah, manusia memang cenderung kreatif, demikianlah yang terjadi pada Syamsul Samad.
***
Fase kehidupan Syamsul semakin menantang setamat ia di SMA 1 Parepare. Ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil Diploma-3 di STAIN Parepare tapi kemudian memilih pulang ke Bala dan melanjutkan studinya di Unasman. Gelar sarjana berhasil ia dapatkan sembari aktif di berbagai organisasi, salah satunya adalah HMI. Ia tercatat sebagai Ketua HMI Cabang Polemaju pada tahun 2005-2007 dan Ketua Karateker Cabang HMI Persiapan Polman pada 2007. Pada jenjang organisasi, ia dikenal teruji dan matang.
Dari dunia pergerakan Syamsul mulai memasuki dunia politik, Secara, aktifis memang cenderung mencari dunia yang bisa dengan mudah mengembangkan jati dirinya untuk bermanfaat bagi banyak orang. Itu yang menjadi pilihan Syamsul Samad. Sebelumnya, ia memang pernah mendaftar STPDN tapi gagal karena tidak ada yang back up, itupun ia gugur pada tahap akhir, yakni sesi wawancara. Begitulah jalan hidup seorang Syamsul yang hidupnya dibiarkan mengalir bagai air saja.
Melabuhkan pilihan politik di Partai Politik terhitung mulai tahun 2007. Saat itu, Andi Mappangara, Anggota DPRD Polman Periode 2004-2009 mengajaknya untuk mengambil bagian dalam Muscab Partai Demokrat. Peran Syamsul dalam proses ini sangat menentukan bagi kemenangan Mappangara sebagai Ketua DPC Partai Demokrat. Alasan itu kemudian membuat Syamsul didapuk jadi sekretaris. Dari sinilah, ia membangun komunikasi dengan para aktifis untuk berjuang dalam Pemilu 2009. Benar saja, Syamsul yang terdaftar sebagai Caleg Partai Demokrat Dapil 4 ini lolos menjadi Anggota DPRD Polman Periode 2009-2014.
Terpilih sebagai Anggota DPRD Polman awalnya merasa lucu. Betapa tidak, ia yang sebelumnya sering muncul di Kantor DPRD dan Kantor Bupati membawa proposal kegiatan kini bisa sejajar dengan anggota dewan dan para pejabat teras di daerah ini. Terlebih saat itu, ia dipercaya menjadi Ketua Komisi I yang memungkinkan lebih intens bertemu dengan mereka. Ia juga semakin dikenal oleh masyarakat. Ia memang tak banyak dikenal oleh masyarakat waktu itu, sebab sejak kecil ia dibesarkan di luar daerah.
Hal yang mendesak dilakukan olehnya adalah membina para pemuda kampung melalui sepakbola, selebihnya ia focus mengubah mind-set para pemuda dan warga sekitar. Terbukti, Syamsul berhasil mengantarkan mereka menjadi generasi yang penuh manfaat bagi sesame.
Mereka semakin maju cara berfikirnya melalui pendekatan Syamsul Samad.
Sosok Syamsul juga dikenal konsisten dan komitmen memperjuangkan nasib rakyat atau konstituen yang jadi basis perjuangannya. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Syamsul sehingga memutuskan untuk maju sebagai Caleg DPRD Sulbar pada Pemilu 2014-2019. Keputusan politiknya itu membuahkan hasil, bahkan kini memasuki periode ketiganya mengemban amanah rakyat di Dapil Sulbar 3 atau Polman B.
Sejak berada di DPRD Sulbar, Syamsul dikenal banyak memiliki konstribusi dalam mengeksekusi berbagai aspirasi masyarakat yang diserapnya. Termasuk menjadi Ketua Komisi dan Ketua Pansus/Panja terkait Tata Tertib DPRD Sulbar dan Perubahan Struktur Kelembagaan. Ia juga dipercaya menjadi Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Polewali Mandar sejak tahun 2018 sampai sekarang.
***
Sukses didunia politik tak membuatnya lupa untuk terus belajar dan melanjutkan pendidikannya. Pendidikan adalah prinsip dan amanah dari ayahnya sehingga ia tercatat sebagai alumni pasca sarjana (S-2)UNIBOS-Universitas Bosowa (dulu Universitas 45) Makassar dan saat ini merupakan candidat doctor program studi Pembangunan UNHAS Makassar.
Syamsul melepas masa lajangnya ketika masih menjadi anggota DPRD Polman, tepatnya tanggal 5 Mei 2012. Ia berhasil mempersunting mojang Samasundu bernama Marwah, S.Pd., M.Pd. Dari pernikahannya tersebut, ia dikaruniai 2 orang putra dan satu orang putri, masing-masing bernama Muhammad Andra Moissani Manggala SS; Muhammad Arya Gadi Fadhlulah SS; dan Alea Giyandra Putri SS.
Kini Syamsul bersama keluarga tinggal di sebuah rumah berarsitektur modern dan artistic yang terletak di bilangan Jalan Trans Sulawesi Palippis. Ruamh kediamnnya ini dikenal dengan Rumah Putih Palippis. Dari rumah ini juga strategi pemenangan pasangan SDK-JSM dimatangkan.
Komentar
Posting Komentar