MENANTI DUA SOSOK PENGAMPU SULAWESI BARAT || Sebuah Pelontar


Sebuah Pelontar: 
MENANTI DUA SOSOK PENGAMPU SULAWESI BARAT

By. Muhammad Munir

Esok hari, SDK-JSM akan resmi sebagai pengampu atas semua harapan masyarakat Sulawesi Barat untuk 5 tahun kedepan. Ini tentu momen bahagia bagi segenap tim pendukung dan rakyat Sulbar tentunya. Betapa tidak, sepanjang panjang jalannya, SDK-JSM berhasil melewati tahapan yang tentu tak mudah menggapainya. 

Sosok SDK-JSM adalah figur yang telaten memupuk mimpi-mimpinya. Impian itu terbangun menahun hingga sampai ketitik ini. Merawat impian memang membutuhkan ketelatenan, keuletan dan ketabahan. Jangan tanya harga yang mesti dibayar untuk impian besar itu, sebab keduanya telah melunasi semua dengan selaksa rasa yang mungkin saja menyakitkan. 

Maka hari ini, saya yakin SDK-JSM berhak merasakan bahagia dan menyenangkan mengingat sejumlah pengharapan rakyat kini bermuara pada keduanya. Jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar mungkin bukan tujuan utama baginya, tapi sebatas alat untuk bermardhatillah atas segala yang rakyat Sulbar butuhkan. 

Hari ini, selaku pribadi mengucapkan selamat dan sukses atas prestasi dan prestise yang telah SDK-JSM guratkan di Bumi Mala'bi' ini. Tentu saja, doa doa yang berserakan selama ini akan ikut kami relokasi di hati yang dalam, lalu melangitkannya ke Lauhimmahfudz. Semoga segala yang terlakonkan dari hidup keduanya adalah SUKSES. Amin. 

Sebagai salah satu rakyat Sulbar yang kerap meniti jalan jalan terjal di pelosok, mendaki tebing tebing tinggi di pedalaman, memesrai jalan landai berbatu di setiap kampung kampung. Tentu tak tega jika kemudian saya tak menyampaikan uneg uneg yang muncul ketika membersamai mereka. Mereka punya segenggam harapan yang selama 20 tahun mengendap di laci laci pimpinan DPRD atau mungkin terkubur di tong tong sampah SKPD.  

Warga Kalumpang kerap bertutur bahwa kebutuhan mereka yang mendesak adalah infrastruktur jalan, jalan dan jalan. Setelah itu biarkan kami mendidik anak-anak kami dan menggarap tanah kebun kami dengan baik. Demikian juga yang terjadi ketika suatu saat bertemu warga Urekang Ulumanda. Mereka butuh jalan, bukan jajan. 

Tak hanya itu, disepanjang Limbua, Paminggalan, Limboro Rambu Rambu, Palla-Pallang (Majene) sampai ke Besoangin (Polman), nyaris mereka sepakat bahwa jalan panjang menuju kampung mereka adalah mimpi yang tak pernah hilang. Jalan Panjang SDK-JSM mesti sebangun dengan mimpi mereka atas akses jalan menuju kampung kelahiran mereka. 

Dari Ihing ke Lenggo, saya terbiasa bertemu dan menyaksikan sendiri warga yang di tandu belasan kilo hanya untuk mendapat penanganan medis. Ini lagi lagi sebuah momok yang tidak hanya dirasai warga Lenggo tapi hampir samua warga Kalumpang, Ulumanda, Besoangin Tutar.  Mereka tentu akan sangat berharap setelah ini, nasib mereka ditandu oleh SDK-JSM untuk bisa merasakan satu saja dari nikmat kemerdekaan, yakni JALAN.  

Jika Pak SDK dan JSM berkenan, disepanjang jalan dari Matangnga ke Lenggo, dari Lenggo ke Tutar, dari Tutar ke Alu, ada sejumlah warga yang selalu teriak butuh jalan, tapi suaranya terhalang ditembok tembok rumah wakil rakyat. Mereka kini tak punya suara, sebab suaranya kemudian digadai oleh politisi perlima tahun. Mereka mungkin tak akan bersuara lagi kecuali mereka bisa menatap langsung wajah teduh Pak SDK, melihat senyum cerah dari JSM. Saya yakin suara mereka akan sedikit terdengar kembali.

Maukah Pak SDK dan JSM menemui dan menatap tubuh dekil mereka inchi demi inchi? Saya masih akan mengantar Pak SDK-JSM ke tebing tebing jurang dari Pitakeang, Lakkese, Kondo, Passembu hingga Mehalaan dan Keppe. Belum lagi serak serak longsor diantara dinding warga yang masih beraroma tanah di Buntu Malangka, Pana dan Nosu. 

Maaf, Pak Gub. Ini hanya pengantar tidurmu malam ini, sebab esok tidurmu tak akan senyenyak malam ini. Tarrare diallo, tamnatindo dibongi madandang mata diperrandanna daung aju, dimalimbonna rura, dimadinginna lita', diajarianna banne tau dan diatepuanna agama. Itu adalah sejumput persoalan yang akan terus memilukan bahkan andai pemilu dilakukan setiap hari. 

Selamat Berbahagia Pak Gub, Pak Wagub. Saya akan terus menemanimu, mengawalmu dan bercerita tentang banyak hal lagi di pedalaman Pasangkayu, di DAS Lariang dan di hulu hulu sungai yang terkerangkeng dalan lipatan lipatan waktu. Saya yakin kau akan terhibur dengan cerita cerita ini. Sebab inilah lakon lakon yang membuatmu terus berjuang untuk mengampuh Sulawesi Barat ini.

Istirahat dan tidurlah dengan baik malam ini, agar esok hari, enegimu terbarukan. Rakyat menantimu wahai Sang PEMIMPI yang esok ditakdirkan jadi PEMIMPIN. 
Sehat Selalu. 

Komentar