By. Muhammad Munir
Pagi di lembaran ke-20 penanggalan Februari 2025, langit Jakarta tak secerah wajah-wajah kepala kaerah yang akan dilantik oleh Presiden RI, Prabowo Subianto di Istana negara. Dari pelataran Monas menuju Istana Negara, mereka akan dihadapkan pada sebuah agenda besar yang melibatkan kepala daerah terpilih hasil kontestasi Pilkada tahun 2024.
Terkonfirmasi, sebanyak 961 kepala daerah yang terdiri dari 33 gubernur dan wakil gubernur, 363 bupati dan wakil bupati, serta 85 wali kota dan wakil wali kota akan dilantik dalam satu rangkaian prosesi yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Ini menjadi agenda bersejarah dan pertama terjadi di Indonesia. Mereka yang dilantik itu pasti merasakan antusiasme berbeda dari sejarah pelantikan kali ini. Selama ini tingkatan bupati dan walikota pelantikannya hanya dilakukan oleh Gubernur selaku Perwakilan Pemerintah Pusat. Tapi hari ini gubernur, bupati dan walikota dilantik secara serentak sebagaimana proses pemilihannya yang juga serentak tahun lalu.
Diantara wajah-wajah para pemimpin itu, terdapat Suhardi Duka dan Salim S. Mengga, pasangan Gubernur dan wakil Gubernur Sulawesi Barat yang telah lama dinanti kehadirannya membawa propinsi ke-33 ini maju dan sejahtera. Ekspektasi dan harapan memang layak dipertaruhkan kepada dua sosok ini. Kendati tantangan pemerintahannya itu tidak mudah, sebab keduanya menjadi muara dari kekeliruan (jika tak bisa disebut kesalahan) dua gubernur sebelumnya.
Kehadiran SDK dan JSM dihadang berbagai tantangan yang membutuhkan kreatifitas berfikir guna menjadikannya sebagai peluang. Bukan rahasia lagi, Sulbar saat ini memang tidak baik-baik saja. Itu bisa dilihat dari fiskal daerah yang cenderung akut dan sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Itu dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) sangat minim. Postur APBD provinsi selama ini, jumlah PADnya memang sangat kecil, membayar belanja pegawai saja tidak cukup. Apalagi membayar belanja operasional pemerintah daerah.
Tantangan lain yang juga harus dihadapi oleh SDK-JSM adalah status Sulbar yang sampai saat ini masih menjadi daerah termiskin di kawasan Sulawesi. Berbanding terbalik dengan Sulteng sebagai provinsi terkaya dengan PDRB perkapita sebesar 81,73 juta/Tahun. Disusul Sulsel sebesar 59,66 Juta/tahun. Sulut sebesar Rp. 54,04 juta/tahun. Sultra sebesar Rp. 52,29 juta/tahun. Gorontalo Rp. 42,45 Juta/tahun. Terakhir, Sulbar sebesar Rp. 35,04 Juta/tahun.
Termasuk kondisi sosial ekonomi Sulbar yang pertumbuhan ekonominya hanya 2,16 %, sementara tingkat kemiskinan 10,71 %. Indeks pembangunan (IPM) baru 70,46 point (BPS 2024) dan seterusnya. Fakta-fakta akut ini akan membersamai kepemimpinan SDK-JSM kedepan.
Apakah kemudian fakta fakta itu akan membuat nyali SDK-JSM ciut?. Jawabannya tentu tidak, sebab SDK telah mengalami segudang pengalaman di pemerintahan yang tentu saja akan sangat mendukung untuk mengubah tantangan jadi peluang. Justru penyakit yang di derita Sulbar inilah yang membuat SDK mulai 2017 berjuang untuk menjadi Gubernur Sulawesi Barat meski belum tercapai. Pilkada 2024 menjadi peluang baginya untuk mendiagnosa penyakit yang membuat Sulbar ini meradang.
Disinilah poinnya. Selama SDK menjadi Bupati dua periode, ia mendapati jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 bertengger diangka 15, 96% dan tahun 2015, ia meninggalkan Mamuju dalam kondisi 6,67% angka kemiskinannya. Lalu pada persoalan APBD Sulbar yang tahun ini melorot, SDK justru terbiasa mengelola APBD minim tapi maksimal, sebab ia memiliki jaringan investor yang bisa membuat daerah Mamuju kian maju.
Artinya bahwa, kepemimpinan SDK selaku Gubernur Sulawesi Barat tentu indikatornya dari sisi pengalaman dalam membangun daerah, pemanfaatan anggaran yang pro rakyat didukung oleh OPD-OPD yang punya komitmen dan berintegritas. SDK memiliki potensi mengelola daerah dalam level manapun (bupati atau gubernur) termasuk memiliki kemampuan memilih orang yang berkompeten dalam mengelola pemerintahannya. Yang terakhir ini, SDK tidak usah diajari tentang siapa yang akan menjadi mitra kerjanya di pemerintahan.
Akhirnya, mari kita sambut Gubernur dan Wakil Gubernur kita dengan optimisme yang tinggi dan memastikan bahwa kali ini kita tidak salah memilih pemimpin. SDK punya komitmen, JSM memiliki integritas, maka SDK -JSM adalah perpaduan peminpin yang pas untuk Sulbar hari ini. Keduanya adalah representasi dari pemimpin yang mamea gambana, tamma mangaji dan narete pano (versi lain panno) pindang dadzanna.
Sehat Selalu Pak Gubernur dan Pak Wakil Gubernur.
Komentar
Posting Komentar