DEKONSTEUKSI KRISIS BUDAYA MANDAR


Dekonstruksi Krisis Budaya Mandar dalam Generasi Muda sebagai Basis Pembentukan Sistem Hukum Adat dan Pendidikan Karakter

By Safardy Bora 

Fenomena semakin lunturnya nilai-nilai budaya Mandar di kalangan anak muda merupakan gejala serius dari dislokasi identitas budaya. Untuk menjawabnya secara sistematis, perlu pendekatan multidimensi.

Identifikasi Masalah:

1. Sekolah
Kurikulum nasional cenderung menggeneralisasi nilai karakter tanpa memberi ruang cukup bagi kearifan lokal. Nilai-nilai budaya  belum terintegrasi dalam pola pembelajaran.


2. Orang Tua
Modernisasi dan tekanan ekonomi membuat banyak orang tua kehilangan waktu dan energi untuk mewariskan nilai budaya. Pola asuh bergeser dari nilai-nilai luhur ke pendekatan pragmatis.


3. Lingkungan Sosial
Komunitas sebagai benteng budaya tak lagi menjadi ruang pembiasaan nilai lokal. Media sosial, budaya populer, dan lingkungan perkotaan menggusur kebiasaan lokal yang dulunya hidup dalam permainan tradisional, ritual adat, dan interaksi sosial.

Analisis Akar Masalah (Root-Cause Analysis):

Dekulturasi akibat globalisasi yang tidak diimbangi revitalisasi budaya lokal.

Ketiadaan sistem hukum adat yang mampu menginternalisasi nilai-nilai seperti matturang loa dan mitawe dalam kehidupan sosial dan kelembagaan modern.

Tidak adanya regulasi lokal (perda atau kebijakan sekolah) yang mewajibkan pendidikan karakter berbasis etika lokal Mandar.


Rekomendasi:

1. Pembentukan Sistem Hukum Adat Berbasis Pendidikan Karakter Lokal
Pemerintah daerah dapat merumuskan Perda Perlindungan Nilai Budaya Mandar, yang menjadi dasar integrasi budaya dalam pendidikan dan pembangunan karakter.


2. Reformulasi Kurikulum Sekolah
Sekolah di wilayah Mandar perlu menyusun muatan lokal wajib yang mengajarkan nilai andian naissan, dikontekstualisasikan melalui metode bercerita, bermain, dan praktik sosial.


3. Penguatan Peran Komunitas dan Tokoh Adat
Komunitas lokal perlu difasilitasi untuk kembali menjadi ruang paissangang budaya, dengan revitalisasi ritual adat, bahasa ibu, dan etika sosial secara rutin.

Penutup: 
Yang efektif bukan hanya memetakan masalah, tapi mampu menggali akar sosiokulturalnya dan menjadikannya dasar penyusunan sistem sosial, hukum, dan pendidikan yang membumi. Nilai-nilai luhur Mandar bukan untuk dikenang, tapi untuk dihidupkan kembali dalam sistem yang konkret, adaptif, dan relevan bagi generasi sekarang.

Tawe, semoga bermanfaat 🙏🙏🙏

Komentar