Safardy Bora
Orang Mandar di Kalimantan Timur ibarat pelita kecil di padang luas: sinarnya redup dari jauh, tetapi cukup terang untuk menuntun langkah siapa pun yang mau belajar dari teladan hidupnya.
Secara statistik, Mandar hanya sekitar 2–3% dari populasi Kaltim, namun jejaknya merambat jauh—dari istana Kutai Kartanegara abad ke-19, hingga kursi gubernur Borneo Timur hari ini.
Salah satu nama tertua yang tercatat adalah Abdul Hasan, guru ngaji dan penasihat agama Sultan Aji Muhammad Sulaeman (1845–1899). Di tangannya, ajaran agama meresap di istana Kutai Kartanegara. Sekitar 1871, beliau memimpin pembukaan Muara Badak, kawasan pesisir yang kelak tumbuh menjadi kantung perkampungan Mandar di timur Mahakam.
Menjelang abad ke-20, saudagar Mandar meniti jalur niaga pesisir. Haji Mas’ud Latif (1948–1997) di Samarinda dan Balikpapan terkenal sebagai pedagang ikan asin, minyak gas, sekaligus agen pengurusan dokumen kapal lewat PT Sinar Pasifik. Dari pondasi niaga keluarga inilah tumbuh anak-anak Mandar perintis generasi cendekia dan birokrat modern.
Warisan Haji Mas’ud ditumbuhsuburkan oleh anak-anaknya: Dr. H. Hasanuddin Mas’ud, Dr. H. Rahmad Mas’ud, dan Dr. H. Rudy Mas’ud. Mereka adalah simbol generasi Mandar urban yang tangguh: menyeimbangkan urat dagang leluhur dengan pendidikan tinggi, mengakar dalam bisnis minyak dan perkapalan, lalu menjulang di ranah birokrasi.
Dalam sejarah pemerintahan, H. Waris Husein mencatatkan diri sebagai putra Mandar pertama yang menjadi Wali Kota Samarinda pada dekade 1980–1990-an. Di tangan beliau, Samarinda menguat sebagai simpul perdagangan sungai Mahakam dan jalur distribusi dagang Borneo Timur.
Dalam ranah olahraga dan kepemudaan, Syahril HM Taher pernah menjabat Presiden Liga Indonesia dan memimpin Pemuda Pancasila Balikpapan. Namanya harum sebagai sosok yang menyatukan semangat olahraga dan organisasi kepemudaan di Borneo Timur.
Di panggung politik legislatif, Dahri Yasin dikenang sebagai politisi ulung. Lahir pada 1959, beliau menjadi anggota DPRD Kalimantan Timur lintas periode hingga 2020. Dengan gaya lobi yang santun dan jaring sosial yang kuat, Dahri Yasin dihormati kawan maupun lawan.
Ranah pendidikan pun berdiri kokoh di pundak Mandar. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si. menjabat Rektor Universitas Mulawarman (2014–2022). Atjo Jangnga turut tercatat sebagai petinggi Unmul. Di UINSI Samarinda, Prof. Muhammad Abzar Duraesa pernah menjadi Wakil Rektor, sedangkan Prof. Abdul Majid terkenal sebagai guru besar dan mubalig kharismatik yang menjaga marwah dakwah di Kaltim.
Dr. H. Hasanuddin Mas’ud, anak sulung Haji Mas’ud, menjabat Ketua DPRD Kalimantan Timur dua periode berturut-turut (2019–2024, terpilih lagi 2024–2029). Kepemimpinannya dikenal menyejukkan, piawai merangkul lintas suku, serta meneguhkan semangat musyawarah Mandar di panggung parlemen provinsi.
Dr. H. Rahmad Mas’ud, lahir 1976, meneruskan jalur niaga keluarga dan terjun ke panggung pemerintahan. Ia menjadi Wakil Wali Kota Balikpapan (2016–2021) dan terpilih sebagai Wali Kota Balikpapan (2021–2024). Gaya kepemimpinannya merakyat, fokus membenahi infrastruktur kota minyak.
Barisan muda pun menapak gagah. Agus Haris, sosok politisi muda Mandar, terpilih sebagai Wakil Wali Kota Bontang periode 2024–2029. Sementara di Senayan, Dr. H. Rudy Mas’ud berdiri sejajar dengan tokoh nasional: terpilih Anggota DPR RI sejak 2019, dan pada Pilgub 2024, ia memecahkan sejarah sebagai Gubernur Kalimantan Timur periode 2024–2029.
Dr. H. Rudy Mas’ud adalah potret Mandar kontemporer: pengusaha sukses, miliarder minyak dan perkapalan bersama ketiga saudara kandungnya, sekaligus pemimpin daerah setingkat provinsi. Ia menorehkan nama Mandar di barisan Gubernur Kalimantan Timur sejajar dengan nama-nama besar pendahulu, membuktikan pepatah “merantau dengan terhormat, pulang membawa kejayaan”.
Tak ketinggalan di panggung seni, Syarifuddin Pernyata berdiri sebagai sastrawan Kaltim yang puisinya meresap ke relung pesisir. Karyanya mengabadikan tutur Mandar dalam bentuk kata-kata lembut, mencatat jejak pesisir Mahakam dalam bait dan rima.
Demikianlah Mandar Borneo Timur: sedikit di hitungan statistik, besar di jejak moral. Dari Abdul Hasan di istana Kutai, H. Waris Husein di kursi wali kota, Syahril di Liga Indonesia, Dahri Yasin di parlemen, hingga Rudy Mas’ud di kursi gubernur — semua membuktikan, Mandar bukan sekadar minoritas di tanah rantau, tetapi penenun pengaruh dengan akhlak mala’bi’.
Semoga susunan ringkas ini menambah silaturahmi, menjadi pengingat akan akar yang tak pernah putus. Mohon maaf jika tulisan ini hadir tiba-tiba di beranda anda, segala kurang lebihnya saya titipkan pada kearifan pembaca sekalian.
Komentar
Posting Komentar