MUHARRANG DAN BASSI ||Ijab Kabul Kebudayaan Mandar

Catatan Muhammad Munir 

Tanggal 1 Muharam dalam kalender kaum muslimin sedunia dicatat sebagai hari Tahun Baru Islam. Tapi di Mandar, Tanggal 1 Muharram dianggap tidak saja sebagai tahun baru tapi lebih dari itu, bulan Muharram dianggap bulan paling sakral. Itu makanya bulan ini di roma (disambut) dengan ritual doa dan makanan khas yang manis manis yang dilaksanakan di rumah rumah warga. 

Demikian juga pada 10 Muharram, ruangan masjid-masjid akan menjadi lautan makanan dan minuman yang manis-manis. Mereka tak perlu faham tentang Hari Asyura, tahun baru Islam bahkan tak mendengar tentang Peristiwa Berdarah bernama Karbala. Mereka tak pernah faham itu, sebab ritual ini adalah warisan yang ditinggalkan oleh moyangnya secara diam-diam. Dan mereka patuh. 

Maka jangan pernah membid'ahkan mereka, terlebih mengkafirkan ritualnya, sebab di tanggal yang sama mereka akan mengeluarkan semua benda pusaka miliknya untuk di bersihkan (disossor). Sebagian lain jika ada pusaka yang dijual, pasti mereka akan membelinya (jika cocok dengan isi kantongnya). 

Bahwa besi bagi orang Mandar adalah saudara kandung dan maka itu perlakuannya terhadap besi seperti halnya memperlakukan dirinya sendiri. Inipun lahir tanpa harus faham bahwa dalam Al-Quran Allah menamai salah satu surahnya, Al-Hadid atau Tentang Besi. Cinta orang Mandar kepada besi lahir dengan sendirinya karena moyangnya menghargai besi dan mewariskannya secara turun temurun. 

Adakah yang salah dari ritual dan amaliyah mereka terhadap besi dan lakinya pada bulan Muharram ? Mereka memjadikan Muharram sebagai pertemuan dengan besi besi kesayangannya, mereka menghitung hari-hari kedepan dengan Muharran. Lalu muncul istilah Allo Masara (keresahan), Allo Monge' (identik dengan sakit) dan Allo Mate (hari yang terhubung dengan kematian).

Dahsyatnya, 20 Huruf Hijaiyah tambah dua aksara (Lam dan Hamzah) sebagai pelengkap dari hitungan 28 + 2 sehingga terjadi akumulasi angka 30 sebagai representasi bilangan bulan hijriah. Inilah yang disebut dengan putika yang didalamnya ada putika tsalasiyah, putika ajuma, bilangan amessa bahkan menjadi dasar bilangan manu-manu' dalam tradisi budaya agraris dan dikembangkan dalam putika posasi' ketika budaya maritim semakin berkembang. Navigasi orang Mandar membaca langit membelah laut adalah relasi spiritual mereka dari aksara Arab atau Abjad Hijaiyah. Ini menjadi bagian dari ilmu falaq. 

Hal yang menarik diantara faham-faham tradisional terkait putika itu mengamggap peristiwa hijrahnya Rasulullah dan memginap di gua Tsur bersama Abu Bakar Ash-Ashiddiq itu adalah bagian dari putika pencarian hari baik Rasulullah agar kaum Muhajirin selamat sampai ke Yastrib. Huruf Tsa digambarkan dengan bentuk perahu yang memiliki titik (tatti') sebanyak tiga itu adalah gambaran kaum Anshar yang menyambut Rasulullah dan Muhajirin ketika sampai di Kota Yastrib. 

Kembali ke besi yang ternyata Allah membahasakannya dengan sangat dahsyat. Itu bisa dibaca dalam Surah Al-Hadid ayat 25 (سورة الحديد آية ٢٥) dalam Al-Quran berbunyi:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ 
Artinya: "Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasulNya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." 
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengutus para nabi dan rasul dengan membawa mukjizat dan kitab suci, serta neraca keadilan agar manusia dapat berlaku adil. Selain itu, Allah SWT juga menciptakan besi yang memiliki kekuatan dan berbagai manfaat bagi manusia. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah SWT ingin mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-rasul-Nya, meskipun Allah tidak terlihat oleh mata manusia. 

Disini letak orang Mandar mengapa dalam dunia lait mereka dilabeli ulung, dalam dunia silat mereka pun digelar pendekar dan dalam dunia pusaka mereka jadi maesteo besi yang tak saja mempelakukannya layaknya manusia tapi lebih dari itu, mereka bisa berkomunikasi dengan besi menurut apa yang diinginkan oleh keduanya. Meteka sampai mengambil keputusan final Bassi Siasiri' Ura', Sipetawe Uli'. Inilah kunci dari ijab kabul kebudayaan orang Mandar dengan besi dan Muharrang. 

Tim PUSAKAKU || Pusat Studi Sosial & Kajian Kebudayaan

Komentar