DAENG TOMPO || Pemilik Lahan Pertanian Ondernemen Maloso

Catatan Muhammad Munir


Pada sebagian wilayah Desa Baru' dan Desa Botto dari arah Jembatan Mapilli ke Katumbangan nama Daeng Tompo adalah nama yang familiar pada petani pemilik SPPT Persil (sekian-sekian). Demikian juga di Desa Bonne-Bonne dan Segerang. Sosok Daeng Tompo adalah Pemilik atas ratusan hektar lahan pertanian dan perkebunan yang dikembangkan mulai tahun 1928. 

Kawasan tanah DAS Maloso Bonne-Bonne, Segerang, Baru dan Botto ini adalah lahan Ondernemen Belanda untuk kontrak 100 tahun, dimulai tahun 1883-1983). Dari tanah-tanah inilah seorang bangsawan dan ulama Bugis  datang  ke tanah Mandar pada tahun 1928 mengakuisisi lahan bekas tanah ondernemen maloso dari Belanda di Mapilli.  

Luasnya sekitar seluas 500 hektar. Lahan ini dibuka sebagai kawasan pertanian dan perkebunan dengan mempekerjakan orang orang Bugis dan Toraja, termasuk sebagian orang Mandar. Itulah makanya di Desa Segerang terdapat nama Dusun Taraujung (pemukiman Toraja), Sumael (Pemukiman Mandar) dan Padang (Pemukiman Bugis) sementara Segerang sendiri menjadi pusat perkampungan bagi siapa saja dari keluarga penggarap. 

Sebagai ahli agama, Daeng Tompo membangun sebuah Masjid yang tepat berada di pertigaan ke Padang, sampai sekarang masjid itu masih berdiri kokoh. Ba jihkan konon, menurut Arajang Binuang Lamattulada nama Segerang adalan pemberian dari Daeng Tompo. Itulah makanya, masyarakat  mengabadikan namanya dengan nama Jalan DAENG TOMPO yang menghubungkan antara Desa segerang, Desa Rumpa Kecamatan Mapilli.


Komentar