KANDIDAT BUPATI POLMAN || Tak Boleh Ada Yang Merasa Lebih Mandar !

Catatan: Admin 

Salah seorang member sebuah WAG mengirim link tulisan berjudul "Bebas Manggazali Mahir Berbahasa Mandar Calon Bupati Polman yang Ori" Penulisnya bernama Andi Jalil Maulana yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Mandar. Tulisan tersebut dirilis oleh tribunnews.com (27/07/2024). Sipengirim melabeli situs berita tersebut dengan catatan singkat "'Tulisan ini sudah mengarah ke politik identitas yang tidak sehat". 

Praktis muncul beberapa tanggapan yang beragam. Salah satunya menyesalkan pihak media yang menaikkan tulisan tersebut. "Seharusnya pihak media dalam hal ini redaktur memilah berita atau tulisan yang harus dimuat, apalagi media sekelas Tribun" tulisnya. Diskusi kemudian berkembang sebab ada penanggap yang memberi komentar:  "Bahaya ini , sudah termasuk politik identitas yang negatif". Bahkan Isi berita ini bisa jadi alasan melakukan somasi ke pihak media. Ini bukan soal pilihan politik tapi soal etika dalam pemberitaan". Tulis anggota grup yang lain. 
Diskusi kemudian seru sebab seorang member lainnya ikut nimbrung menulis komentar panjang: Pakar sosiologi Islam, Ibnu Khaldun , menyebutkan, POLITIK dan IDENTITAS merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dia akan terus berkelindan dari mulai kehidupan umat manusia sampai dengan berakhirnya dunia. 
Sementara Samuel P. Hungtington, lanjutnya, dalam bukunya Benturan Antar Peradaban menyatakan, transformasi pola konflik di politik domestik dari konflik yang bersumber pada ideologi menjadi konflik yang berbasiskan identitas. Bila melihat kondisi hari ini, tak ada ruang pertarungan ideologi, yang paling memungkinkan hanyalah pertarungan politik identitas, dimana masyarakatnya memperjelas posisi "kita" dan "mereka" dalam tema kultural, seperti kesamaan bahasa, sejarah, dan kebiasaan.

Sampai disini saya mulai berfikir, bahwa betapa bangganya penulis (baca: Andi Jalil Maulana) jika tulisannya ditanggapi secara serius. Mengingat tulisannya hanya menang di judul dan foto yang dipasang oleh pihak tribun. Itupun menangnya pada propokasi yang saya anggap murahan. Betapa tidak, tampilan situs terlihat pada foto menyasar Dirga tapi kontennya menyasar Aji Assul yang notabene eksportir kakao.  Tribun seakan menyuarakan perang dari Bebas terbuka ke Dirga yang dianggap bukan orang Mandar. Disini keteledoran media Tribun. Pemberitaan ini bertendensi pada politik identitas yang tidak sehat dan bisa merusak tatanan demokrasi dan kehidupan sosial masyarakat Mandar.

Andi Jalil Maulana dengan tanpa beban mengatasnamakan Forum Masyarakat Mandar, tapi tak faham bahwa yang dilakukannya adalah politik identitas yang mengarah pada pengrusakan tatanan demokrasi dan sosial. Dari judul hingga isi berita jelas sudah mengarah ke sana. Alasan Bebas Manggazali Mahir berbahasa Mandar lalu dianggap calon bupati yang ori. Sungguh ini adalah fragmen ketidakfahaman penulisnya terhadap konten Amandaran dan Atauang. Saya tidak bisa bayangkan jika penulisnya memberi judul Hanya Bebas yang Ori, yang lain KW (KaWe). Sejak kapan pemahaman bahasa menjadi satu-satunya penguat status seseorang? Sejak kapan Bebas Manggazali dianggap Mahir berbahasa Mandar? Kalau tau bahasa Mandar mungkin iya, tapi jika dianggap mahir, mesti diuji dulu. Intinya, jangan ada kandidat yang merasa lebih Mandar dari yang lainnya. 

Kepada Abd. Jalil Maulana, Mandar itu nilai, nilai itu angga', angga' itu adalah siri' anna lokko'. "Mua' diang anu kadzae' papattengngi diolo', messisi' ai tama anu macoa". Ingat, di Polewali Mandar ini ada Jawa, Bugis, Toraja, Makassar, Pattae', Pattinjo, Pannei, Pakkado' Pa'denri, Pakkone'e dan lainnya. Jika dalam fikiranmu Mandar adalah bahasa, maka berhati-hatilah Ber-Mandar, jangan sampai Mandarmu menjadi bara bagimu.

Komentar