Penerbit : PT. Media Pustaka Jaya
Tahun : 2004
268 Halaman
PENGANTAR
Luapan kebahagiaan tak terhingga, buku Husni Djamaluddin yang Saya Kenal bisa rampung dan disajikan ke hadapan pembaca. Buku ini merupakan kumpulan tulisan berbagai kalangan dari beragam sudut pandang. Harapan kami, buku ini dapat mengungkap kekuatan dan kelemahan sosok Husni Djamaluddin sebagai wartawan, kolomnis, sastrawan, maupun dalam pergaulannya sebagai makhluk sosial dan politik.
Tulisan ini bersumber dari keluarga, teman-teman seperjuangan dan sejawat Husni Djamaluddin yang dikenal sebagai pendiri Dewan Kesenian Makassar (DKM), aktivis angkatan 66, Sekjen Komando Kesatuan Aksi Pengganyangan Gestapu PKI Wilayah Sulawesi Selatan, dan mantan anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan 19921997. Terakhir, mengemban amanah sebagai Ketua Umum Dewan Perjuangan Pembentukan Sulawesi Barat.
Lima bulan lebih kami intens berproses, mondar-mandir menghubungi nara sumber sekaligus mengumpulkan bahan-bahan untuk penerbitan dua buah buku Husni Djamalaluddin. Untuk buku ini, semula kami merencanakan seratus tulisan yang bisa terkumpul. Namun, karena padatnya kesibukan para nara sumber, sehingga hanya separuh lebih yang dapat disajikan. Tapi kami yakin, kumpulan tulisan ini cukup mewakili, sebagai langkah awal untuk mengenal dan memahami sosok Husni Djamaluddin.
Tulisan ini, kami sajikan berdasarkan abjad. Sebagian tulisan kami beri judul dan mengeditnya atas permintaan dan restu nara sumbernya demi keselarasan sajian. Sebenarnya, hingga detik akhir pra cetak, kami masih dijanjikan kiriman tulisan dari sejumlah teman Husni Djamaluddin. Namun, dengan penuh hormat, karena keterbatasan waktu, kami dituntut segera mencetaknya, mengingat makin dekatnya jadwal peluncuran yang direncanakan tepat pada 40 hari wafatnya Husni Djamaluddin, 4 Desember 2004. Rencana awal, buku ini dipersiapkan menyambut momen “70 Tahun Husni Djamaluddin”. Selain buku ini, juga akan diluncurkan dua buah buku lainnya, masing-masing berjudul Adakah Kita Masih Bertanya? dan kumpulan puisi Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku? terbitan Pustaka Jaya, Jakarta.
Husni Djamaluddin bersama tim kecilnya, telah merencanakan sederet kegiatan menyambut hari peluncuran buku ini yang semula sudah direncanakan dengan matang pada tanggal 10 Nopember 2004. Jadwal ini pun diundur, karena Husni Djamaluddin masih harus melewati masa kritis dan perawatan intensif di RSPAD Jakarta. Kini, walau Tuhan telah mememanggilnya, tapi jelang saat-saat terakhir Husni Djamaluddin, ia selalu tersenyum membaca sebagian besar isi buku ini sembari menikmati proses finishing buku-bukunya.
Walhasil, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah menyumbangkan tulisan. Tak lupa kami memohon maaf, jika dalam proses awal hingga akhir buku ini terdapat kekurangan. Kami akan sangat bangga dan berterima kasih, jika buku ini mendapat tanggapan, koreksi, dan kritik dari berbagai pihak.
Jakarta, 30 Oktober 2004.
Hormat dan salam,
Zulfikar Yunus
TESTIMONI:
Dan, Allahu Akbar, Husni Djamaluddin memperoleh derajat untuk didatangi oleh Kota Ilmu.... Pantas namanya Sebaik-baik (Husni) Keindahan (Djamal) Kasih Sayang Allah / Agama (ud-Din)
(Emha Ainun Nadjib)
Sebagai alumnus S-5, tamatan 5hospital penting, zikrul-maut sudah basah di lidah dan bibir Husni. Wiridnya antara lain membaca shalawat Rasul 202 kali sehari. Penyair yang pernah tiga kali bertemu Rasulullah
Muhammad saw di dalam mimpi sebelum shalat subuh ini (pengalaman rohani luar biasa hadiah bagi seorang Muslim, bahkan Kiyai-kiyai pun belum tentu mengalaminya)
(Taufiq Ismail)
Bung Husni, sang “benang putih” yang siap dicelup dalam berbagai warna ... “saya ini cermin, kata Bung Husni, kepada saya di suatu waktu. Sebagai pelaku budaya Mandar yang benang putih itu Husni merumuskan: "jika wajah anda cemberut ke dalam cermin, wajah cemberut itu pula yang anda dapat. Tersenyumlah ke dalam cermin, maka sang cermin memberimu senyum. “Sang cermin selalu siap didahului. la tak mencari, ia dicari.”
(Rahman Arge)
Komentar
Posting Komentar