H. SAHARUDDIN mungkin tak setenar beberapa penulis lain dari Mandar seperti Andi Syaiful Sinrang, MT. Azis Syah, Abdul Muis Mandra, AM. Sarbin Sjam, Abdul Halim AE dan lainnya. Tapi sosok yang lahir di Limboro pada 1O Februari 1920 ini tak bisa diabaikan perannya dalam mendokumentasi dan menulis jejak penting perjalanan sejarah peradaban Mandar dari zaman pemerintahan tradisional sampai pemerintahan Hindia Belanda.
Salah satu warisan berharga yang ditinggalkannya untuk Mandar adalah buku yang ia tulis dan terbit pada tahun 1984 dan 1985. Buku tersebut berjudul "Mengenal Pitu Ba'bana Binanga (Mandar) Dalam Lintasan Sejarah Pemerintahan Daerah di Sulawesi Selatan" yang diterbitkan oleh CV. Mallomo Karya Ujung Pandang. Buku ini mengulas tentang periodesasi sejarah pemerintahan di Sulawesi Selatan khususnya Mandar. Hal penting dan menarik dicermati dalam buku H. Saharuddin ini adalah penandatanganan kontrak antara pihak Pemerintah Hindia Belanda dengan semua raja yang ada di Pitu Ba'bana Binanga.
Kendati buku yang beliau tulis belum memenuhi syarat sebagai buku, tapi apa yang dituliskannya justru menjadi referensi utama dan penting dalam sejumlah riset terkait sejarah dan kebudayaan Mandar. Saya tak bisa membayangkan andai H. Saharuddin dan lainnya tak ulet menyelesaikan narasi bukunya, akan seperti apa dunia literasi kita di Mandar saat ini?. Dan yang luar biasa dari jejak beliau adalah kemampuannya menaklukkan situasi dan kondisi yang melingkupinya, hingga keluar sebagai sosok pemenang dan mampu bekerja untuk menata masa depan diri dan keluarganya.
H. Saharuddin hidup disaat negara belum kondusif. Ia sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Kesadaran itulah sehingga ia berusaha mengejar mimpinya dimulai dari bangku sekolah. HIS di Majene adalah sekolah Belanda yang menjadi pilihan satu satunya untuk bisa belajar hingga tamat pada tahun 1937. Ijazah itu kemudian mengantarnya menjadi pegawai negeri pada tahun 1938. Tak berhenti sampai disitu, ia bahkan rela meninggalkan kampung halamannya untuk bisa mendapatkan ijazah SMP dan SMA . Negeri di Pare-Pare yang diperolehnya masing-masing tahun 1959 dan I961.
Selain sekolah formal, ia juga banyak mengikuti berbagai kursus kedinasan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri a.l. Kursus Keuangan Daerah (1950), Kursus Dises Pemerintahan Bagian B (1953/1954), Kursus Perpajakan (I967) dan Kursus Pererncanaan Pembangunan (I968).
1 Januari 1938 ia tercatat sebagai PNS di lingkup Departemen Dalam Negeri dan pensiun pada I Marat 1976, dengan pangkat permulaan Bestuursschrijver (juru tulis Pemerintahan) sampéi térakhir Penata Tata Praja Tingkat I. Karirnya selama menjadi abdi negara tercatat pernah bertugas di Kantor Kepala Onderafdeling Polewali 1938-1941; Di Kantor Kepala Distrik Limboro Swapraja Balanipa 1941 1950; Di kantor Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan 1950-1953; Di kantor Kepala Derah (bekas Afdeling) Pare-Pare 1953 1960 dan di Kantor Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidenreng Rappang dengan jabatan terakhir Bupati Muda 1960-1976.
Hal lain yang perlu dicatat,
dalam tahun 1948 Pd. Pepuangan Limboro (Anggota Hadat Swapraja Balanipa), dan dalam tahun 1950 didetasir di Mamuju sebagai Pd. Sekretaris Pemerintah Darurat Wilayah Mamuju selama 14 bulan (peralihan dari NIT/RIS ke RI). Dan terakhir 1976-1978, ia menjadi Kepala Bagian Pengawasan Keuangan di Kantor PPD Tk. I (PEMILU) Sulawesi Selatan di Ujung Pandang.
Komentar
Posting Komentar