Catatan Muhammad Munir
Shale As adalah sosok yang mesti diterima sebagai maestro musik daerah. Bukan hanya lagu daerah Mandar tapi juga Bugis dan Makassar. Mantan suami Rasti Rahman ini lahir pada bulan Maret 1958. Ayahnya bernama Jamaluddin (Tandung). Ia lahir dan dibesarkan di Wonomulyo sampai umur 10 tahun, sebab setelah itu, ia memilih meninggalkan kampung halamannya pada tahun 1968.
10 tahun itupun terbagi ke Polewali sebab ia sempat ikut kakaknya, Husnah ke Lantora dan sempat mengenyam pendidikan dasar di SD Lantora sampai kelas 2. Ia memilih merantau ke Makassar mengadu nasib. Di Makassar, ia sempat jadi loper koran, jual rokok, jual tara'ju sampai jadi tukang parkir di pelabuhan.
Bakat menyanyinya memang sejak kecil sudah terlihat. Ia sering menyanyi India, selebihnya adalah lagu Muchsin Alatas yang sempat ia nyanyikan saat tampil pertama di Kediri dalam sebuah pertunjukan. Sampai disitu, Saleh harus kehilangan masa-masa indahnya di waktu kecil karena kondisi kehidupan menyeretnya harus berani mengambil resiko.
Ketika di Makassar, kapal Perang KRI 405 sandar di Pelabuhan, ia iseng melamar jadi koki. Ia diterima dan menjalani hari-harinya sebagai koki di kapal. Ini ia jalani hampir satu tahun lalu pindah ke Bioskop Jaya yang berhadapan dengan Bioskop Dewi Makassar. Dari bioskop itulah ia mempunyai kesempatan melatih vocalnya kembali dengan lagu-lagu India dan Rhoma Irama yang banyak diputar di Bioskop tempatnya bekerja.
Tahun 1975, ia pulang kampung dengan gaya rambut gonrong. Sampai-sampai keluarga dan tetangganya pun tak mengenali bahwa yang datang itu adalah Saleh. Di Wonomulyo, ia sempat nonton pertunjukan Orkes Karya Jaya dan mendaftarkan dirinya sebagai penyumbang lagu. Ia hanya menberanikan diri menyumbang karena tak satupun krew Karya Jaya kenal dengan penyumbang yang satu ini. Pada saat tampil, penonton bersorak karena sangat puas dengan tampilannya.
Dari penampilan pertama itulah, namanya mulai dikenal dan menjadi buah bibir. Hal yang memantik namanya menjadi populer, selain suaranya yang bagus, warna vocalnya juga khas. Ditambah lagi, ia piawai memainkan keyboard serta mahir menyusun kalimat untuk ia gubah jadi lagu.
Dari segala kelebihannya itu, pada tahun 1984,ia dilirik oleh Edwin Jansen, pemilik toko Jansen yang ada di sudut perempatan lampu merah Wonomulyo sekarang ini. Edwin menyuruhnya mencari seorang wanita untuk nyanyi bareng. Kepada Saleh, ia diberi amanah dan modal sebanyak 8 juta rupiah. Jumlah yang pantastis untuk ukuran pada tahun 1980an. Saleh akhirnya memilih Indar Dewi sebagai teman bernyanyinya. Indar Dewi adalah kelahiran Pelitakan tapi tinggal di Muara Badak Kalimantan.
Dengan modal dari Edwin itu, ia menuju ke Makassar untuk mencari studio rekaman. Pilihannya jatuh ke Libel Record untuk menggarap album perdananya dengan Indar Dewi. Album perdana yang ia garap adalah lagu Pop Makassar dengan sampul album Kanjengma Ri Kamaseku (1985). Album kedua yang ia rilis adalah lagu Bugis bertajuk Bugis Abadi dengan sampul album Idi'na Sabari (1986). Album keduanya ini digarap di Studio Pance Pondang di Jakarta. Ia juga langsung ke Surabaya sebelum akhirnya kembali ke Sulawesi. Siapa sangka, album kedua ini tenbus 1 juta copy.
Dari sini, Saleh semakin tenar dan karir menyanyinya melejit. Ia sudah banyak menerima undangan tampil dan aktif di Orkes Karya Jaya milik Sudir Akib Pawellai. Namanya melambung bersama Iwan Tompo dan Anci Laricci sebagai penyanyi paling populer di Indonesia Timur. Lagu-lagunya selalu ditunggu oleh penggemarnya.
Pada tahun 1990, ia kembali merilis albumnya melalui sampul Pitu Ana' Ende'. Selanjutnya, ia berhasil merampungkan lagunya yang bertajuk Sallang Salili, Larra Tembang, Janda Magello, Palippis Jari Sa'bi, Mamboyangngi Sara Nyawa, Nama'anna Titedoang, Sala Rannu dan puluhan lagu lainnya yang lahir sejak tahun 1985-2000.
Komentar
Posting Komentar