PIP-KIP RATIH || Itu Diperjuangkan, Bukan Bonus Wakil Rakyat


Catatan Muhammad Munir

Ratih Megasari Singkarru yang lolos sebagai wakil rakyat di Senayan pada Pemilu 2019-2024 dan kembali melenggang dengan aman pada Pemilu 2024 kemarin. Terpilihnya Ratih adalah representasi dari harapan masyarakat dari dapil Sulbar. Hal menarik dari sosok putri H. Hendra Singkarru ini adalah program yang digiring ke Sulbar, yakni PIP-KIP yang pada periode pertamanya berhasil meloloskan sekitar 1 Triliun untuk dinikmati langsung oleh masyarakat.

Jangan bilang program ini sudah menjadi kewajiban Ratih sebagai wakil rakyat, sebab dari dapil ini bukan hanya Ratih yang ada di Senayan. Pertanyaannya apakah program beasiswa itu akan tetap ada andai tidak ada Ratih di Senayan?. Program ini butuh nyali dan upaya maksimal untuk bisa dinikmati oleh masyarakat Sulbar. Upaya Ratih ini yang harus diapresiasi, bahwa keberaniannya menggalang program ini tentu tidak mudah dan bukan hanya dengan modal sebagai anggota DPR saja.

Program yang dikawal oleh Ratih ini memiliki pengaruh besar terhadap penerima manfaat, sehingga kembali mengantarkannya ke Senayan, termasuk adiknya, Andri Prayoga Singkarru kecipratan dan bertahan di Gedung DPD RI untuk periode keduanya sebagai Senator. Bahkan Pemilu kemarin tercipta Ratih efek yang memposisikan Nasdem menjadi partai pemenang kedua di Polman.

Ratusan ribu orang di Sulbar tentu bukan angka yang sedikit. Dan harapan kita dari program ini, masyarakat tak perlu takut anaknya tidak lanjut pendidikannya. Semua mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana kesempatan yang dinikmati oleh anak pejabat. Mereka yang menerima tentu berusaha untuk bisa membalas jasa Ratih dalam bentuk suara dalam pemilu. Itu faktanya.

Tiba di tahun kelima, Ratih mulai digoyang, disorot oleh mata tajam lawan-lawan politiknya. Terlebih bertepatan dengan momentum Pilkada Bupati dan Gubernur Sulbar. Ratih seketika dianggap sebagai momok yang menakutkan dan bisa mengancam popularitas dan elektabilitasnya di Pilkada. Ratih tak boleh dibiarkan terus melakukan blusukan ke semua-sekolah dan kampus-kampus di Sulbar. Tapi faktanya, Ratih disambut oleh semua lembaga pendidikan dengan sangat hormat. Kehadirannya bahkan lebih ditunggu oleh rakyat dibanding dengan artis-artis yang dibayar oleh kandidat.

Goyangan terhadap Ratih semakin diperkuat ketika Dirga AP Singkarru resmi mendaftar sebagai Calon Bupati dengan menggandeng Iskandar Muda sebagai wakilnya. Pasangan ini tentu saja menjadi pusat perhatian para politisi mengingat dua sosok ini tak memiliki beban masa lalu di pemerintahan. Dirga dan Iskandar Muda justru dihadang oleh beban masa depan Polman. Ragukah pasangan ini bertarung dengan para pembesar dan orang-orang besar yang kini menjadi rivalnya? Bukan putra Singkarru jika keraguan itu ada, bukan putra Barlop jika Iskandar harus takut.

Singkarru kini menjelma menjadi klan baru dan bertumbuh dengan pesat. Nasdem Sulbar kini ditangan Dirga A.P. Singkarru, kedua adiknya Ratih dan Andri masih dihitung sebagai politisi yang pro rakyat. Ayahnya, H. Hendra S. Singkarru adalah pengusaha kaya, politisi dan mantan Anggota DPR RI yang disegani baik kawan maupun lawan lawan. Wajar saja bahwa kehadiran Dirga-Iskandar membuat lawannya ketar-ketir dan melakukan upaya yang tak lagi bertimbang rasionalitas. "Family Singkarru tak berhak menjadi pemimpin", itu kata mereka sebagian.

Tapi adakah efek goyangan itu sampai merontokkan pagar dan gedung Hotel Ratih? Adakah Rumah Aspirasi seketika rubuh? Apakah konstituen meninggalkannya? Apakah ibu-ibu pengajian Ratih Al-Kafah berhenti bertaklim dan berdzikir? Ampuhkah mantra-matra berupa rilis tulisan lawan itu menembus doa pelajar yang menuntut ilmu itu?. Saya yakin tidak, sebab para pencari ilmu itu dilindungi oleh sayap-sayap malaikat, tentu saja yang memfasilitasi pendidikannya juga akan ikut menerima alla'birang doa yang akan ma'appu' setiap langkah dan pergerakan politik dari Family Singkarru ini.


Komentar