SITTI SUTINAH SUHARDI || Perempuan Pertama Jadi Bupati di Sulawesi Barat.

SITTI SUTINAH SUHARDI adalah putri sulung Suhardi Duka dengan Harsinah Dg. Ngasseng yang akrab disapa Tina. Pada Pilkada Mamuju 9 Desember 2020 ia menjadi penantang petahana bersama politisi PDI Perjuangan, Ado’ Mas’ud. Dari sini, Sutina menjadi sosok wanita pertama yang menjadi Bupati Mamuju. Untuk periode keduanya sebagai Bupati, ia kembali maju di Pilkada Serentak, 27 November 2024 dengan menggandeng kader PKS, Yuki Permana. Hal menarik dari perhelatan ini karena bersamaan dengan Ayahnya yang juga terdaftar sebagai Calon Gubernur Sulawesi Barat bersama Jendral Salim Mengga sebagai Wakil Gubernur. 

Paket Sutina dengan Ado’ Mas’ud pada Pilkada lalu pecah kongsi. Ado’ menggandeng H. Damris menjadi kompetitor di Pilkada lewat usungan PDIP, Golkar dan Perindo. Sementara Sutinah disung oleh Partai democrat, Nasdem, Hanura, PKS, Gerindra, PKB, PAN, PBB, PSI, Gelora, PPP, Ummat dan Buruh. Secara dukungan partai, posisi Ado’ sebagai penantang sesungguhnya telah jauh terlampaui jika kalkulasinya menggunakan parameter suara partai. Terlebih, ayahnya juga masih menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Sulbar, khususnya Mamuju. Hasilnya kemudian mencatatkan kemenangan Sutinah di periode keduanya sebagai Bupati Mamuju.      

Sutina lahir di Ujung Pandang 07 Maret 1984. Ia merupakan buah cinta dari pasangan SDK dan dengan Harsinah Dg. Ngasseng setahun setelah pernikannya dengan wanita pujaannya. Tina menjadi saksi atas keputusan ayahnya yang nekat menikah saat berstatus mahasiswa. Sebagai pasangan muda, tentu Sutina menjadi spirit bagi SDK untuk membuktikan pada mertua dan ayahnya bahwa bahwa ia tidak salah mengambil keptusan menikah dini. 
Lahirnya Sutinah dan anak keduanya, Suraidah menjadi pelengkap kebahagiaan SDK dan istrinya. Betapa tidak, dua sosok putrinya ini menjadi bingkisan berharga yang ia bawa ke Mamuju bersama dengan Ijazah Sarjana dan SK sebagai PNS di Departemen Penerangan. 
SDK mungkin tak menyangka bahwa putri pertaamanya itu akan menjadi sosok pemimpin yang mengikuti jejaknya sebagai Bupati dua periode di daerah yang sama yaitu Kabupaten Mamuju. SDK yang dulu berani menanggalkan status PNS-nya untuk terjun ke dunia politik terulang pada putrinya yang juga rela meninggalkan statusnya sebagai Kepala Dinas Perdagangan Mamuju untuk menjadi Calon Bupati. 

SDK berhasil membuktikan  bahwa sejarah sejatinya akan selalu terulang dalam kondisi yang berbeda. Inilah yang terjadi yang mungkin susah kita dapati peristiwa dan sosok yang yang lain kedepan. SDK dan Sutinah ini adalah peristiwa bersejarah dan akan terus menyejarah. Selain keluar dari ASN untuk masuk dalam dunia politik, ia juga berhasil menumbangkan petahana, Habsi Wahid sebagaimana ayahnya yang berhasil mengalahkan Almalik Pababari sebagai petahana waktu itu. SDK dan Sutinah berhasil mencapai sukses dengan menjadi Bupati dua periode, sebagaimana yang dialami oleh ayahnya, SDK.  

***

Sebagaimana layaknya SDK, anak-anaknya semua didorong untuk menyelesaikan pendidikannya sampai ke level S3. Tak hanya dorongan, SDK sendiri memberikan contoh pada anak-anaknya. Ia sendiri berhasil meraih gelar doctor yang disusul oleh anaknya, Suraidah. Setelah Suraidah, Sutinah pub akhirnya berhasil menyandang gelar Doktor sejak Agustus lalu  Pendidikan dasar Sutinah diselesaikan di SD Inpres Binanga Mamuju tahun 1999, lalu SMP Negeri 1 Mamuju dan melajutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Mamuju tahun 2002. 

Memasuki dunia kampus, Tina menyelesaikan S1-nya di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2006, dan Pasca Sarjana di Institusi Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Tahun 2011. Selama menempuh pendidikan di kampus, Tina aktif di beberapa organisasi ekstra kampus seperti, AMPI, HMI 2003 sampai 2005. Ia juga merupakan Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Mamuju 2018 hingga 2022 dan kembali terpilih kedua kalinya dan dilantik pada tahun 2024.  

Wanita berkacamata ini merupakan istri AKBP Bambang Yugo Pamungkas yang menjabat Kapolres Sukoharjo, Jawa Tengah. Buah perkawinannya dianugerahi dua anak bernama Satya Adjie Prayugo, dan Alice Sitti Delisha. Ia mengawali karirnya di ASN mulai sebagai Kasi Pelayanan Umum Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju Tahun 2007. Ka. Subdit Pengembangan SDA Bappeda Mamuju Tahun 2009, Kepala Bapedalda Mamuju tahun 2012. Lalu Sekretaris Dinas Dikpora Kabupaten tahun 2015, hingga menjadi Sekretaris Dinas Perdagangan Mamuju tahun 2017. 

Jabatan tertinggi yang ia duduki di birokrasi, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Mamuju 2018 sebelum mengundurkan diri sebagai syarat untuk maju di Pilkada Mamuju 2020. Keputusan mundur itu ternyata tak salah, sebab kemudian ia menjadi Bupati di Kabupaten Mamuju yang juga menjadi Ibu kota Propinsi Sulawesi Barat. 

SUTINAH: Perempuan Pertama Jadi Bupati di Sulawesi Barat. 

Pada tahun 1983, seorang pemuda yang masih berstatus sebagai mahasiswa semester tiga Ia anak rantau dari Mamuju. Namanya Suhardi Duka atau SDK. Ia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan. SDK memutuskan untuk meminang seorang dara Gowa, Makassar, bernama Harsinah. Saat itu tahun 1984. Harsinah, tentu pula sang ayah Suhardi Duka, begitu bergembira mendengar tangisan awal anak pertamanya. Sosok bayi perempuan mungil dengan kulit putih bersih, Tina dengan nama lengkap Sitti Sutinah. 

SDK memutuskan kembali ke Mamuju setelah menyelesaikan studinya di UNHAS. Tekad untuk menenun nasibnya begitu kokoh. Kepulangannya ke Mamuju sebagai PNS di Dinas Penerangan Mamuju telah menjadi pilihan terbaik baginya, meski sesungguhnya ia punya peluang untuk berkarir di Makassar atau menerima peluang jadi dosen di Universitas Tadulako, Palu.Sebelum ia benar-benar meninggalkan Makassar, anak keduanya lahir dan diberi nama Sitti Suraidah. Praktis, Ia memboyong istri dan kedua anaknya ke Mamuju. Itulah makanya, Sutinah dan Suraidah nyaris tak ada yang keduanya ingat di masa kecilnya di Makassar. 

Praktis sejak 1987, ketika Sutinah belum genap berumur lima tahun, ayah dan ibunya telah memutuskan untuk kembali ke Mamuju, kampung halaman leluhurnya. Generasi Tina bisa dibilang generasi dengan keadaan kawasan Mandar yang sudah relatif maju, salah satunya pembangunan jalan misalnya. Tina kerap mendengar cerita tentang hubungan antara Daerah Tingkat (Dati) II Majene dan Daerah Tingkat (Dati) II Mamuju. Berangkat dari Makassar, mobil berhenti di Majene kemudian perjalanan ke Mamuju dilanjutkan dengan naik piccara, perahu tradisional Mandar. Ketika Tina kembali ke Mamuju pada 1987, mobil sudah bisa membawanya hingga ke ibu kota Kabupaten Mamuju. 

KEHIDUPAN Tina benar-benar dimulai di Mamuju. Keluarga Suhardi-Harsinah menempati sebuah rumah relatif sedang di bilangan puncak Mamuju. Tina mulai mengecap pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK) Mamuju. Meskipun masih kecil dan dalam masa yang seharusnya ia habiskan untuk bermain dan bersenda gurau dengan anak sepantarannya, kenyataannya ia sudah punya beban. Adiknya, Sitti Suraidah, yang umurnya hanya terpaut dua tahun. 

Walau di rumah ada ibunya, Tina sudah bisa mengambil peran lain untuk mengurangi beban ibunya. Pekerjaan sebagai pengasuh adik-adiknya mulai terlihat ketika anak ketiga lahir. Kelahiran adiknya mulai yang ketiga, keempat, dan kelima semuanya jadi tanggung jawab Tina. 

Terbayang Tina di masa itu sungguh repot. Sepulang sekolah, di rumah harus tetap berkesiap menjaga adik-adiknya. Jika keluar rumah bermain-main, Tina tetap siap menemani, mengawal ke mana adik-adiknya itu bepergian. Ia menjalani pekerjaan ini mengasyikkan. Kelak adik-adiknya tahu bahwa kasih sayang kakaknya itu mewujud secara nyata tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sebuah tanggungjawab yang tak ringan telah ia tunaikan sejak masa kecil. Amanah sebagai seorang kakak tertua, meski ia seorang perempuan, Tina telah buktikan. Ini seolah sinyal awal bahwa kelak Tina akan mampu menjadi seorang pemimpin formal, pemimpin daerah yang sesungguhnya. 
Kehidupan keluarga seorang Pamong Negara sebelum tahun 90 jauh dari kemewahan, ia tidak pula berkekurangan. Sebagai seorang anak tertua, Tina memotret betul kondisi kehidupan keluarganya kala itu. Ayahnya, SDK benar adalah seorang PNS di Departemen Penerangan Pemerintah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan. 
Saat itu ia masih duduk di bangku SD, juga adeknya Suraidah. Ayahnya yang seorang PNS harus meninggalkan Mamuju beberapa bulan untuk mengikuti Latihan Kepemimpinan (Latpim) di Makassar. 

Saban terima gaji di awal bulan ayahnya rutin mengirim uang ke Mamuju, di antaranya untuk memenuhi uang jajan Tina dan Suraidah. Ia ingat persis kalau uang jajannya di sekolah kerap tak mencukupi. Menyiasati kekurangan uang jajan itu, Tina punya akal. Saat ibunya beri uang jajan, Tina mencoba memutar uang jajan itu dengan membeli permen Jeli. Permen itu lalu ia jual kepada teman-teman di sekitar rumahnya di sekitaran puncak, Mamuju. Dengan cara memutar uang jajan secara kreatif itu, uang jajan yang tadinya hanya cukup untuk seminggu bisa berlipat ganda memenuhi kebutuhan jajan di sekolah dua sampai tiga minggu. 
Ibu Harsinah sadar benar bahwa anak-anaknya berjenis perempuan. Meski begitu, Harsinah ingin agar anak-anak perempuannya itu rajin bekerja. Sejak kecil Tina dan Suraidah sudah biasa masak di dapur.

Membersihkan rumah. Ia ingat saat ibunya membagi tugas kepada anak-anaknya. Jika Tina sedang mencuci pakaian misalnya, maka Suraidah yang membantu ibunya memasak di dapur, dan adik lainnya menyapu di pekarangan rumah. Pengaturan pekerjaan ini mereka jalani sejak di bangku SD. 

Di relung dan benak Tina sungguh menyemayam ide-ide kreatif. Tantangan selaku anak pertama membuatnya cepat bergerak sebagai respon apa yang menjadi buah pemikirannya. Sebuah kulkas yang dibeli ayahnya untuk kebutuhan keluarga di dapur, Tina punya ide. Setiap malam Tina rajin isi air dalam plastik lalu dimasukkan ke kulkas. 

Dengan air es itu giliran Suraidah yang bawa ke sekolah dan ke warung-warung. Setiap pagi kolaborasi bisnis es ini mereka lalukan. Cemistry, keakraban Tina dan Suraidah selain karena saudara kandung tentunya juga faktor perbedaan umur keduanya hanya terpaut dua tahun. 

***

KEBANGGAAN Tina pada ayahnya ia ucapkan sembari dengan goyangan kepala. Tak sekali Tina menyebut kebanggaan pada ayahnya. Ia total pada keluarga. Ia bekerja seolah melebihi waktu normal dalam sehari. Terus menerus ia lakukan pekerjaan yang ia mampu. Tina menyebut, beliau total bekerja untuk membahagiakan kami, demi ibu dan anak-anaknya SDK mendedikasikan waktunya demi keluarga dan karir.

Selain aktif sebagai seorang PNS juga mengajar di SMEA Mamuju. PNS saat itu bekerja selama enam hari, Senin sampai Sabtu. 
Tina mengingatnya, ayahnya berangkat pagi ke kantor dan siangnya pulang ke rumah ganti baju lalu bergegas keluar lagi untuk mengajar di SMEA hingga sore hari. Kukuh bekerja bawaan dari kakeknya. Kakeknya yang seorang pegawai rendahan telah menanamkan sikap mandiri dan mesti kuat mengecap ilmu di jalur sekolah. Tina pun telah mendapat pesan-pesan itu. Ia ceritakan, meski kakek pegawai biasa tapi sejak dini beliau telah tanamkan pada anakanaknya, Tina mafhum benar dengan kodratinya sebagai anak perempuan. 

Juga ia akui tak ada harta banyak yang diwariskan. 
Meski begitu ia tetap harus sekolah. Semangat itu membathin dalam diri Tina dan adik-adiknya. Itulah yang kemudian membuatnya sekolah tinggi. Tina dan adik-adiknya seolah berlomba mencapai sekolah tinggi semampunya. Dan dengan kenyataan ini membuat SDK bangga.
Setelah lulus SLTA, Tina menembus perguruan tinggi selevel Unhas dan selesai dengan gelar Sarjana Hukum (S1). Ia meneruskan pendidikan Strata Dua (S2) di jalur sekolah ikatan dinas pemerintahan: Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN). Saat ini Tina sedang kuliah untuk jenjang doktoral (S3). 

Seorang adiknya selesai dengan gelar Dokter. Yang satunya lagi bahkan menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat (AS). Bagi Tina, tak penting menyebut pintar. Yang harus diperkuat adalah apakah kita kukuh dan punya kemauan kuat untuk sekolah hingga ke perguruan tinggi. Ilmu itu sangat berguna. Dan, Tina rasakan manfaat ilmu yang ia peroleh selama di bangku kuliah ketika pada saatnya diamanahi menjadi seorang pemimpin daerah. 

BUKAN soal beruntung. Ia berjuang di jalur peruntungan yang tepat. Lulus di SMA Negeri 01 Mamuju, Tina coba peruntungan mendaftar PNS. Dulu memang belum susah masuk PNS, apalagi jika sudah punya ijazah lulusan SLTA. Di saat ia mendaftar PNS di Pemerintah Kabupaten Mamuju, di waktu yang sama SDK sedang dalam karir politik Golongan Karya (Golkar) yang hebat dan posisi yang kuat di Mamuju: Ketua DPRD Kabupaten Mamuju. Jadilah Tina PNS. Bersamaan dengan itu ia sedang kuliah di Unhas. Jadi ia kerja sambil kuliah Peruntungan Tina yang lain, setelah merengkuh gelar sarjana hukum, datanglah lamaran. 

Seorang lelaki Yugo yang berkarir sebagai Polisi (Perwira) meminangnya. Tina bercerita, sang suaminya saat itu sedang bertugas di Kabupaten Merauke, Papua. Begitu suami dapat beasiswa S2 di Jakarta, Ia menyusul dan diterima S2 di IPDN, Jatinangor, Bandung, Jawa Barat. Sekarang saya baru masuk semester 4. Tina menolak dikaitkan terlalu jauh dengan posisi ayahnya selaku Bupati Mamuju. Memang, adalah kenyataan SDK menjadi Bupati Mamuju selama 10 tahun (2005-2015).

Di penghujung masa jabatannya di periode yang kedua, SDK sempat melantik Tina selaku Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju. Tapi menurut Tina itu normal saja, tak ada penggunaan peluang selaku anak bupati untuk sampai ke posisi itu bukti sahih tentang jalurnya di birokrasi ia dapatkan secara wajar, berikut sebuah kisah yang oleh Tina sebagai penguat bahwa ia menduduki jabatan di Pemerintahan Kabupaten Mamuju rasional dengan melalui proses uji dan seleksi kepangkatan hingga merengkuh jabatan Tina memulai karir dari bawah. Ketika masih kerja di Kelurahan Mamuju, Kecamatan Mamuju, ia bertugas sebagai penagih pajak. Ia turun ke bawah menemui warga selaku obyek pajak daerah. 

Padahal kalau ia mau tak merepotkan diri—dan kenyataannya ia mampu untuk itu—cukup menalangi kewajiban para obyek pajak dengan uang pribadinya, toh juga jumlahnya tak terlampau banyak: 100 ribu, paling banyak 200 ribu rupiah. Dengan begitu selesai tanggung jawabnya sebagai penagih pajak. Tapi Tina tak lalukan itu. Ia bekerja profesional bersama stafnya di kantor kelurahan tersebut. Saban hari bersama timnya mendatangi rumah-rumah warga. 

Tina ingat benar, dari sekian banyak obyek pajak saat itu, bahkan ada warga yang kewajiban pajaknya hanya 5 ribu rupiah, 10 ribu rupiah, dan 15 ribu rupiah. Tak banyak memang, tapi mereka harus taat pajak, wajib tunaikan kewajibannya. Dengan angka total pajak di atas, masih ada yang menolak, meminta penundaan waktu. Tapi ia berkeras. Ia seolah memaksa warga membayar kewajiban pajaknya. 

Bagi Tina, pajak warga berkontribusi dalam pembangunan daerah kita, demi Kabupaten Mamuju juga Ia mengulang memori dulu itu. Ia akui, meski dengan gigih bekerja setiap hari dalam waktu yang lama, toh masih ada juga yang tak bersedia bayar PBB-nya. Dengan mengenang perjalanan itu, Tina hendak menyampaikan pesan bahwa ia pernah turun ke bawah. 

***

Pada 2015 hingga 2020, Habsi Wahid menakhodai Kabupaten Mamuju, tandem dengan wakilnya, Irwan SP Pababari. Di masa itu, bupati Habsi menggeser posisi Tina dan melantiknya sebagai Sekretaris Dinas Perdagangan Pemerintah Kabupaten Mamuju. Ia jalani di pos barunya ini selama satu tahun, sebab hasil fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) yang ia ikuti sebagai prasyarat naik menjadi pejabat Eselon II, menempatkannya sebagai Kepala Dinas Perdagangan Pemerintah Kabupaten Mamuju. Posisinya sebagai pejabat pamong di level Eselon II di masa pemerintahan Habsi-Irwan membuatnya terhindar dari tudingan faktor koneksi yang tentunya bisa beraroma nepotisme. 

Lain hal seandainya SDK masih bupati. Tina akan sulit menghindari cibiran faktor meraih peluang lantaran kedekatan ayah dan anak itu. Tak lama sebagai kepala dinas, sebab palagan politik Mamuju telah bekerja untuknya. Tina terprotek format politik ayahnya dan Partai Demokrat Mamuju tentunya. Setahun lebih menjadi kepala dinas sudah barang tentu belum cukup baginya menjangkau belantara birokrasi yang sesungguhnya. Tapi begitulah. Politik telah bekerja. Kehendak Tuhan yang menentukan ke mana tungkai dan langkah seharusnya diayun.

Mundur dari jabatan kepala dinas sekaligus harus menanggalkan pangkat Eselon II dan meninggalkan ASN secara permanen bukan pilihan sekadar coba-coba. Harus pensiun di usia dini dalam karir pamong yang masih relative belia, tentulah pilihan dengan pertimbangan yang matang. Adalah kenyataan bahwa Hj. Sitti Sutinah Suhardi benar-benar angkat kaki dari Dinas Perdagangan Kabupaten Mamuju dan merelakan dirinya pensiun dini sebagai ASN di Pemerintahan Kabupaten Mamuju. Telinga  Tina mendengar keluh kesah, masukan dan juga larangan untuk mundur dari jabatannya itu. Tak sedikit pihak yang menyayangkan pilihannya untuk mundur dari kadis dan ASN. 

SDK, ayahnya yang kukuh mendukungnya untuk mundur lalu ia melangkah serius di dunia politik pratis Sebelum keputusan itu keluar, SDK banyak mendengar suara dari masyarakat. Ia mendapatkan masukan ada di antara keluarganya maju, apakah anak atau saudara. Suraidah awalnya ditawari, tapi Suraidah tak bersedia. Maka pilihan kemudian jatuh pada Tina. Ia mengikuti petunjuk garis tangannya semata. Bahwa harus masuk ke politik dan berlaga di palagan politik pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Mamuju, itu juga pilihan yang harus dia jalani selanjutnya. 

Tina tak terlampau setuju jika dikatakan bahwa dirinya diformat secara khusus oleh SDK untuk mengikuti jejak karir sang ayah. Sejujurnya, sejak awal, ia hanya mau jadi ibu rumah tangga biasa. Mau ikut suami. Saat pertama kali bertemu lelaki Yugo, suaminya, yang polisi itu, ia sudah mulai menapak karir sebagai ASN. Ia bangga dengan pandangan suaminya yang oleh Tina menganggapnya sangat demokratis. Suaminya juga tak ingin mengahambat karir istrinya. Yugo berpandangan bahwa Tina, istrinya punya potensi besar jadi ini dan itu. Ia tak ingin jadi penghalangnya. 

Dengan keluhuran hati dan keteguhan sikap suaminya itu, motivasi Tina seolah terpompa berkarir meniti jalan. Tina bisa kembali membantah berkali-kali disebut ayahnya terlibat langsung memengaruhi karirnya di birokrasi dan politik yang ia tempuh saat ini, atau di saat ketika ia memutuskan maju sebagai calon Bupati Mamuju 2020 lalu. Ia sadar dalam keluarganya sudah terbentuk semacam design alamiah. Yang ia masksud dirinya ditakdirkan berkarir di birokrasi sedangkan adiknya Suraidah memantapkan diri sebagai politisi. Terkait Sitti Suraidah Suhardi, dia memulai karir politik di Partai Demokrat Kabupaten Mamuju yang menjadikannya duduk di DPRD Kabupaten Mamuju. Seterusnya menjadi Ketua DPRD Mamuju. 

Pemilu 2019, di partai yang sama, Suraidah menapak tangga lebih tinggi, yakni DPRD Provinsi Sulawesi Barat, dan langsung terprotek sebagai ketua parlemen. Dua anak perempuan SDK cemerlang di jalur politik. Pilkada 2020, Tina terpilih menjadi Bupati Mamuju. Pilkada Mamuju 2020 dramatis bagi Tina. Partai Demokrat menggandeng PDI Perjuangan, dan sejumlah partai lainnya, dengan mengusung pasangan Sutinah Suhardi-Ado Mas’ud (Tina-Ado). Pasangan ini melawan incumbent, Habsi Wahid-Irwan SP Pababari. Sudah bukan rahasia, terutama di daerah, siapa yang melawan petahana (figur yang sedang berkuasa) sulit terkalahkan. Kenyataan berkata lain. Sang penantang, Tina-Ado, berhasil unggul di perhitungan akhir gelaran Pilkada Mamuju lalu. 

Sejak awal 2021 Tina memimpin secara formal pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Mamuju. Dengan posisinya itu, Tina sekaligus mencetak rekor baru dan menciptakan sejarah: bupati pertama perempuan di Provinsi Sulawesi Barat. Sekilas tentang posisi politik kedua kakak beradik, Tina dan Suraidah. Anak ketiga yang dokter itu juga nyaris jadi politisi tapi akhirnya kembali ke habitanya sebagai dokter. 

Memang, pada Pemilu 2014 dokter Sulfiah Suhardi tercatat namanya dalam komposisi nomor urut Calon Anggota DPR RI dari Partai Demokrat untuk Daerah Pemilihan Provinsi Sulawesi Barat. Dengan ajakan ke politik, Sulfiah malah menebarkan pesan humanis. “Pengabdian kepada masyarakat bukan hanya jalannya jadi politisi, mengabdi di rumah sakit itu juga pengabdian kepada masyarakat.” Demikian keputusan Silfiah kala itu. 

***

BUPATI Mamuju, sebuah jabatan politik tinggi yang tak pernah dikira sampai di pundak Tina. Pilkada Mamuju pada Desember 2020 adalah awal pembuktian itu. Ia menggenggam kekuasaan, menakhodai sebuah kabupaten tua di jazirah Manakarra, memimpin hampir 600 ribu penduduk. Pengharapan dan mungkin ekspektasi warga sekabupaten kini di hadapannya. Mampukah ia berbuat maksimal untuk warga kabupaten yang dipimpinnya kini?. Hanya Tuhan, dan tentu Tina sendiri yang tahu. Tina pandai pidato di depan umum atau ketika setiap kali ia tampil di khalayak banyak.

Kemampuan atau keberanian ini ia miliki secara otodidak. Meski ayahnya dikenal orator hebat, Tina tak pernah belajar secara kepada ayahnya. Kemampuannya mengalir saja. Bahkan jauh sebelum jadi bupati, ia sudah terbiasa berbicara di depan umum. Diakui memang kalau ayahnya sesekali memberi masukan, tapi itu sekadar ruang dan materi penyampainnya kepada masyarakat.

Ayahnya misalnya bilang begini: tadi itu kamu tidak boleh bilang begini. Apa yang kamu sampaikan seharusnya ini. Seputar itu saja yang SDK ajarkan kepada Tina. Ayahnya sampaikan kepada Tina pun saat sudah selesai acara atau setelah kembali ke rumah. SDK memberi ruang kepada anaknya untuk mengekspresikan potensinya selaku pejabat publik di Mamuju. 

Jargon pasangan Tina-Ado di Mamuju yakni KEREN, akronim dari Kreatif, Edukatif, Ramah, Energi dan Nyaman. Makna keren secara harfiah juga bagus karena menggambarkan kekinian, senafas dengan pasangannya yang millenial. ‘Beasiswa Keren’ dengan memang sempat menjadi perhatian publik di Kabupaten Mamuju lantaran terjadi ‘turbulensi’ antara kebijakan dan kenyataan di lapangan. Tina punya niat baik untuk pengalokasian beasiswa di APBD Kabupaten Mamuju pada 2022. Dengan beasiswa ini, ia mau mencicil targetnya yang besar, yakni selama memimpin Mamuju terdapat 15 orang dengan predikat doktor (S3). 

Di masa ayahnya memimpin Mamuju selama 10 tahun, hanya 5 orang ASN Mamuju yang berhasil mencapai pendidikan doktor. Nah, sesungguhnya ia mau mencetak sejarah baru di Mamuju selama ia menjadi bupati. Tiada lain dari itu. Tina tak menemukan aturan yang melarang ASN terima beasiswa. Ia atau Pemkab Mamuju belajar ke pelbagai daerah di Indonesia. Hanya kita terlalu kaku. Penerima beasiswa yang mengsyaratkan ASN, warga kurang mampu dan berprestasi. 

Kenyataan pembangunan lainnya, ia menceritakannya secara jujur. Ia akui masih banyak jalan yang lubang-lubang di Mamuju. Tapi kalau sudah diperaiki, kan terlihat keren. Awal memimpin Mamuju dengan kondisi yang tidak mendukung. Gempa bumi yang paling dahsyat di Mamuju dan Majene yang berkekuatan 6,2 magnitudo pada 15 Januari 2021 membuat program kerja pemerintah daerah yang telah disusun antara DPRD Kabupaten Mamuju dan Pemerintah Kabupaten Mamuju buyar seketika, berubah 180 derajat. Justru yang tak pernah direncanakan semisal kantor yang rusak karena gempa terpaksa dibangun Tahun 2021. Hati dan pikiran Tina tak tenang. Janjinya kepada warga Kabupaten Mamuju belum bisa ia tunaikan lantaran tanah yang lululantak itu. 

Program sosial dan pemberdayaan masyarakat anggarannya banyak yang dialihkan ke program fisik yang mendesak. Melihat kenyataan itu, Tina coba berbicara kepada ayahnya. Banyak yang belum bisa ia realisasikan. Ekspektasi Tina begitu besar. Ia merasa tak berguna jika ia tak mampu mengurangi beban warganya yang datang padanya. Ketika Tina minta pendapat pada ayahnya, SDK bilang, “saya saja dua periode tidak semua keinginan masyaraat saya bisa penuhi Tina. Yang penting misalnya kamu janjikan 100, nah kalau kamu bisa penuhi 60 atau 70, itu sudah bagusmi. Itu yang salah kalau hanya 20 atau 30, itu kan lebih banyak yang kamu tidak laksanakan.“ Bahagiaku itu kalau bisaka bantu masyaraat, dan kesedihanku itu kalau tidak bisaka bantu masyarakat. 

Kalau ada yang bermohon apa dan memang tidak bisa, ya, saya akan bilang “maaf bu tahun ini saya belum bisa bantu. Lebih baik saya bilang walau itu pahit kalau memang tidak bisa daripada janji tapi tidak juga dipenuhi.” Tina memang seorang ibu, dan hati keibuannya itu ia bawa dalam membangun Mamuju Setiap pekan Tina terus berjalan. Ia turun ke bawah. Ia menemui warga Kabupaten Mamuju yang ada di kecamatan. Semua kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju telah ia kunjungi. Tina pun kerap dengan petuah hebat ini: bermimpilah setingi langit, tapi ia tak mau muluk-muluk. Ia ingat saat kampanye dulu ketika ada seorang warga yang menghampirinya. 
Warga itu bilang tidak memanen hasil buah langsatnya lantaran kendala jalan dari kampungnya ke kebun. “Bu, langsatku tidak kupanen.” Mendengar itu Tina kaget. Warga itu menjelaskan, panen langsat itu perlu tenaga untuk memanjat. Buahnya dibawa ke pasar dijual pakai biaya (ongkos bahan bakar minyak) karena tentu pakai kendaraan motor. Itulah kemudian ia memutuskan tak memanen buah langsatnya Mamuju adalah tetangga Ibu Kota Nusantara (IKN) di Panajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Tina memandang prospek bagi Mamuju dengan adanya IKN. “Harus ambil peluang kita, kita tetangga dengan Kalimantan.” Tina menggaransi jika Mamuju mampu menjadi penyangga IKN di bidang pertanian dan peternakan. 

Mamuju membuka diri. Tina mengajak kepada siapa saja untuk datang di Mamuju. “Kita mau bagaimana daerah kita maju. Kami sangat wellcome dengan investor yang mau masuk, hanya jangan untuk mengeruk kekayaan Mamuju saja.”

***

DIMENSI Politik Mamuju memosisikan DPRD Mamuju sebagai pilar politik yang sangat penting. Pemerintahan Tina sejak awal telah membangun hubungan baik dengan dewan. Pasca pilkada lalu, Tina berusaha menepis anggapan jika di Mamuju ini masih ada kubu-kubuan. Tida ada lagi koalisi, friksi dan lain sebagainya. Tina mengaku bahwa hubungan bupati dengan dewan baik-baik saja. Malah di pihak dewan mengapresiasi positif kepada pemerintah daerah dengan kesigapannya sehingga pembahasan dan pengesahan APBD Mamuju cepat tuntas.

Kadang saling telepon atau bertemu. Ia cerita, kadang juga kalau sudah selesai rapat paripurna di DPRD Mamuju diteruskan makan bersama dengan anggota parlemen Mamuju. “Saya ajak makan, traktir. Di waktu yang lain mereka juga yang traktir kita. Jadi gantian. Silaturahmi kami tidak terputus. Kadang masalah, jika memang ada, kita selesaikan di meja makan,” cerita Tina Tak mesti jumawa memang. Tapi anggapan yang datang dari dewan Mamuju bahwa nanti di periode kepemimpinan Tina-lah terjadi pemandangan lain dari biasanya. Dan kebiasaan baik itu ia pertahankan hingga sekarang Mamuju beruntung dan mendapatkan keuntungan sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Barat.

Salah satunya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mamuju meningkat khususnya dari sektor jasa. 
Keuntungan lainnya karena akses komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat bisa cepat. Bandingkan dengan kabupaten lain yang jaraknya cukup jauh dari Mamuju. Berangkat dari kabupaten bisa berjam-jam lamanya baru tiba di Mamuju atau pusat provinsi. Nilai positif bagi Pemkab Mamuju sebab Mamuju sebagai ibu kota provinsi Sumberdaya manusia (SDM) yang ada di Pemkab Mamuju harus terus ditingkatkan. Sulit memang sang komandan Tina dan Ado mau berlari jika pasukannya di bawah bahkan tak bisa jalan cepat sekalipun. Tak mungkin komandan jalan sendiri. 

Para pelaksana teknis yakni pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Mamuju mesti terus memacu pengembangan sumberdaya mereka. 
Biar didorong bagaimanapun jika memang sumberdaya sudah begitu, ya he will be anather death. TINA tak muluk-muluk membangun yang aneh-aneh. Jika masih ada warga Mamuju untuk melahirkan saja harus kehilangan motor, misalnya. Biaya persalinan itu mahal, untuk operasi sesar misalnya. Jika ada seorang ibu mau melahirkan dan si suami lagi tak punya uang, ya terpaksa jual motor, yang mungkin motor itu adalah salah satu harta paling berharga dalam keluarga mereka. Yang lebih menyakitkan jika ada warga menderita penyakit yang lebih parah, mugkin sampai menjual rumahnya untuk biaya berobat. Ini sangat miris sekali. Itu yang mendorong Tina membenahi sektor kesehatan di Kabupaten Mamuju. 

Sebanyak 17 ribu warga Kabupaten Mamuju yang jadi tanggungan BPJS Kesehatan secara tiba-tiba tak lagi menjadi tanggungan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat tak menganggarkan lagi tanggungan pembiayaan BPJS Kesehatan untuk warga miskin. Ini terjadi di tahun 2021. Tahun pertama ia memerintah. Pemkab Mamuju belum siap menanggung pembiayaan 17 ribu peserta BPJS Kesehatan kategori miskin itu. Selain masih belum pulih wabah Covid-19, gempa pun datang. Tahun pertama adalah ujian sungguh berat bagi Tina dan Ado di Mamuju. Solusi pertama pada APBD-Perubahan tahun 2021, Pemkab Mamuju anggarkan sekitar Rp. 6 miliar untuk alokasi peserta BPJS Kesehatan. 
Nanti pada tahun anggaran 2022 Pemkab Mamuju naikkan anggaran untuk tanggungan BPJS Kesehatan miskin sebesar Rp. 60 miliar. Dengan angka yang besar ini, Tina mengatakan 98 persen warga Kabupaten Mamuju tertanggung dalam program BPJS Kesehatan. Kehendak Tina tentang infrasrtruktur yang baik di semua kecamatan. Tapi konsentrasinya di bidang kesehatan dan pendidikan dulu. Ilustrasi Tina begini: Ngapain jalan bagus kalau harus jual motor atau rumah untuk biaya pengobatan saat sedang sakit. Ia tak sudi melihat warganya harus terjerembab miskin hanya karena didera biaya kesehatan yang tinggi. Kaena itu BPJS Kesehatan adalah salah satu solusi yang paling efektif. 

Kehadiran Rumah Sakit (RS) Manakarra Mamuju, bahkan menjadi solusi lain bagi warga yang sedang berobat di situ, yang tak tertanggung BPJS Kesehatan. Hampir tiap hari ada saja warga yang dilayani secara gratis. Jangan itu, bahkan ada yang pulang pergi ke rumahnya pun ditanggung biayanya oleh manajemen RS Manakarra. Inilah realitas. Mau apa lagi. 

Soal tamu di rumah jabatan menjadi perhatian SDK. Ia mulai memeringatkan kepada para petugas SatPol PP yang berjaga di waktu malam di Rumah Jabatan Bupati Mamuju agar mengingatkan Bupati Mamuju Sutinah Suhardi tak menerima tamu sampai jam 12 malam. Semangat Tina yang membuncah, tapi ayahnya mulai kuatirkan kesehatan anaknya. “Jangan biarkan ibu bupati terima tamu sampai jam 11 apalagi sampai jam 12 malam,” sebut Tina menirukan pesan ayahnya. 

Dunia media sosial (medsos) adalah dunia Tina. Ia mengendalikan beberapa canal medsos atas namanya: instagram, facebook, hingga whatsapp. Tina mengapresiasi segala respek netizen, terutama jika dengungan mengenai pembangunan Kabupaten Mamuju, atau bahkan yang persoanal tapi positif. Ya, ia tak suka jika ada warga pengguna digital yang sengaja memancing emosi. “Kita kan perempuan. Ia bilang tak mungkin bisa membaca semua komentar yang ada di halaman medsosnya, apalagi kalau komentar itu agak kebablasan.” Ia merasa enjoy dengan medsos. “Sosmed itu juga kan termasuk pengontrol saya. Jadi kalau saya baca komen, oh, masyarakat suka yang seperti ini, masyarakat tidak suka yang seperti ini.” Dengan begitu, ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan. Tina menyebut tak sedikit informasi yang ia dapatkan justru dari sosmed, bukan dari OPD. Ia bilang kepada bawahannya, dirinya ada di mana-mana. Artinya, dengan komentar masyarakat ia sudah tahu apa yang terjadi, atau masyarakat mengeluh apa, di OPD masing-masing. 

JABATAN itu amanah. Tina sendiri tak pernah membayangkan akan jadi bupati. “Saya tidak pernah membayangkan akan bisa di sini,” kata Tina di Sapota, rumah jabatannya. Dengan itulah maka ia tak mau terlalu dilayani. Sebisa mungkin bisa mandiri. Ia mafhum bahwa suatu hari kelak akan kembali jadi warga biasa. Dengan prinsipnya itu, terkadang kalau sedang berada di luar, ada orang yang tak mengenalinya dia bupati Jarang ia membawa-bawa jabatannya pada orang. 
Sama halnya ketika masih kepala dinas. Waktu masih kadis dulu, pernah suatu kali mengikuti rakor dinas di Jakarta. Pada saat ia menyerahkan surat tugas kepada salah seorang panitia rakor, ia malah ditanya, “bu, mana kepala dinasnya!” Sejurus dengan itu Tina menjawab, “saya kepala dinasnya.” Si patugas rakor tersebut seolah tak percaya jika Tina sendiri yang kadis. Soal jabatan itu Tina anggap biasa saja. 

Ada yang sinis dengan menyebutnya ia masih kecil, masih terlalu muda, dan lain sebagainya. Lalu apa yang Tina ungkapkan? “Kalau memang dalam hati kita itu murni mau membangun daerah kita baik, insya Allah ada jalannya. Doa saya hanya satu, insya Allah saya sayang daerahku. Jabatan bupati dengan segala apapun di pundak, bagi Tina dianggap biasa saja. “Suami saya sudah lebih dari cukup. Apalagi yang saya cari. Tapi Karena kecintaan daerah, jadi tidak bisa dibohongi gitu.” Menjadi kepala dinas yang berhubungan dengan perdagangan, ya paling bisa bantu pedagang. Menjadi bupati bisa bantu guru, petani, nelayan, dan termasuk mahasiswa. 
Dengan niatnya itulah, ia menyebutnya begini: “Jadi mungkin niat itu barangkali sehingga dipermudah oleh Allah. Niatku lurus. Iya, ada orang di luar yang tak suka, terserah! Tidak bisa kita paksa semua orang untuk suka sama kita.” Tina bersandar semata niat lurus bagaimana agar daerahnya baik.

Niat membangun Kabupaten Mamuju lebih baik. Bahwa ada yang tak menerima, ia sadar hal itu hak setiap orang Tina mampu menerjemahkan pada posisi di mana ia saat ini. Posisi yang tentu kemilau bagi pandangan orang di luar. Ungkapannya ini mengandung energi dan pencerahan yang kuat: “Ini namanya sudah jalan kita, di atas itu sudah tertulis bahwa yang akan jadi bupati, oh ini, tinggal jalannya kita meraih itu.” Ia akan terus bekerja dengan baik “Saya ini kerja yang baik saja nanti masyarakat yang menilai.” 
Tina memiliki saudara yang banyak. Tak seorang pun di antara mereka yang mencampuri urusan dalam pemerintahan, dalam kekuasaannya. Bagi kerabat paling dekatnya, ia ingat pesan ayahnya: “Sebisa mungkin tidak mencamputi urusan pemerintahan (Diadaptasi dari tulisan Sarman Sahuding, 2023).

***
Menjelang tahapan Pilkada Mamuju 2024, Koalisi Sutinah dan Ado pecah. Ado yang tadinya menjadi wakil berbalik melawan dengan tagline ADAMI yang tak lain adalah akronim dari Ado’ – Damris. Ado’ Mas’ud diusung oleh Partai PDIP, Golkar dan Perindo.   

Komentar